Pelantikan Zain Office, Farhan Rahmat: Indonesia Kurang Minat Baca Cerewet di Internet

ENEWSINDONESIA.COM, POLMAN – Lembaga Literasi ZAIN OFFICE menggelar pelantikan pengurus baru, Rabu (15/9/2021).

Acara pelantikan berlangsung di Aula MAN 1 Polewali Mandar,  Desa Bonne-Bonne, Kecamatan Mapilli dengan dihadiri oleh beberapa anggota dari Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat.



banner 728x250

Farhan Rahmat SH selaku nahkoda baru Zein Office yang baru dilantik  dalam kesempatan sambutannya menyampaikan beberapa  pandangan tentang bagaimana cara kerja lembaga literasi dan seperti apa tujuan yang akan di capai sehingga visi dan misinya sesuai dengan motivasi berdirinya lembaga tersebut.

“Berliterasi adalah berliteratus artinya orang yang selalu mengupgrade ilmunya, ia selalu belajar dan belajar, membaca peta kehidupan untuk menebar manfaat kepada sesama. Maka kita harus mengosongkan kepala, siap menerima lalu membuka mata dan telinga, menerjemahkan segala fenomena yang terjadi. Zain Office mempunyai target pencerdasan generasi milenial dalam segala segi ilmu pengetahuan, literasi agama, literasi ekonomi, literasi sejarah dan kebudayaan, literasi hukum, bahkan literasi Digital,” terang Farhan Rahmat.

Farhan juga menerangkan bahwa era revolusi industry 4.0 sebuah fenomena data menjadi penentu perkembangan sosial bahkan kemajuan suatu bangsa.

“Kita semua menyetor data masuk ke big data, Ketika data sudah bersilweran bahayanya: ada varietas data, dinamika data, setiap detik berubah dan bertambah. Itu bisa digunakan untuk apapun, bahkan bisa menjajah, mengadu domba, tidak sadar kita yang bertentangga pun saling sikut karena informasi. Namun ia juga bisa memprediksi yang baik dalam mengatasi masalah,” lanjutnya.

Efek negativnya, riset Microsoft tentang Digital Civility Index menunjukkan bahwa nitizen indonesia adalah yang paling tidak sopan di Asia Tenggara. Kebanyakan generasi milenial memanfaatkan internet untuk kanal melepas kabar kebencian, bahkan banyak yang melakukan cyber-Bullying, terjebak pada hoax, echo chamber, dan fear of missing out,” tambahnya.

Farhan juga menambhkan bahwa daya baca buku anak indonesia semakin hari semakin menurun, riset menunjukkan, rata-rata kita hanya mampu membaca satu halaman per 15 hari, lalu kita cerewet di internet, kritik sana, kritik sini, gampang menyalahkan di facebook, ngomel-ngomel di twitter, Instagram, whats’app padahal isi kepala kita kosong.

“Asupan nutrisi pengetahuan wajib diupgrade, Jika tidak demikian, maka kita potensi mengkomsumsi sampah, bukan pengetahuan, lebih banyak debat kusir ketimbang debat solutif,” ujar Farhan.
Tahun 2000 an manusia hanya bisa konsentrasi penuh 13 detik, 2015 kita konsentrasi penuh hanya 8 detik, bahkan hari ini, kita hanya mampu konsentrasi penuh selama 3-5 detik, sebabnya terlalu bermanja-manja di depan android. Tidak heran hoax betebaran dimana-mana. Kita tidak mampu lagi menganalisa informasi dengan baik.

Tantangan lainnya adalah internet mencipta dis-informasi dan mis-informasi atau manipulasi informasi. Semua kita bingung mana yang benar dan mana yang salah. Akhirnya bisa saling tidak percaya antar kita, bahkan bisa menjadi polarisasi pendapat sesuai dengan kepentingan.

Selain pandemic Covid-19 yang menyebar, kita juga menghadapi infodemi, yaitu informasi tersebar sampai pelosok desa, bangun tidur kita langsung disuguhi informasi yang membludak. Penelitian mengatakan “berita yang salah, jauh lebih cepat 6 kali lipat bergerak ketimbang berita yang benar, bahkan 10 sampai 20 banyaknya bisa mempengaruhi pikiran orang”.

“Zain Office diharapkan menguasai data dan informasi yang baik, bukan hanya menjadi manusia data yang berpengetahuan namun juga menjadi orang yang bijaksana. Dan pada akhirnya titik kecanggihan adalah kesederhanaan. Mari kita mulai dari bawah, kita belanja masalah dari kesederhanaan dengan cara sederhana,” ajaknya.

Soekarno pernah mengatakan, “sumbangkan tenagamu untuk Revolusi Indonesia. Jika engkau hanya sanggup menyumbangkan mawar di sanggul ibu pertiwi, Sumbangkanlah.

Diketahui, menurut data UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi dunia,artinya minat baca sangat rendah, sebuah hal yang sangat memperhatikan, hanya 0,001%. Dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.

Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang di lakukan oleh central Connecticut state university pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal membaca persis di bawah Thailand (59) dan diatas bostwana (61) negara soal minat membaca, padahal dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia diatas negara-negara Eropa.

Laporan: Muh Saad



   

Tinggalkan Balasan