Ketua APSI Saud Marpaung: TPA Baru di Polman Tambah Masalah Baru

ENEWSINDONESIA.COM, Jakarta – Senin 10 Januari 2022. Ketua umum asosiasi pengusaha sampah Indonesia (APSI) Saud Marpaung angkat bicara soal rencana pemindahan lokasi TPA baru Polewali Mandar, Sulawesi barat.

Terlihat dari beberapa beranda/halaman media online belakangan ini bahwa kelompok masyarakat serta organisasi pemuda bergerak saling menyampaikan tuntutannya terhadap penolakan yang datang secara silih berganti di masing-masing kecamatan, dari setiap kecamatan sampai saat ini belum ada yang sepakat jika TPA di pindahkan.

   
 

Kabarnya, keputusan terakhir oleh Pemda Polewali Mandar bahwa TPA akan di pindahkan ke Desa Tammangalle, Kecamatan Balanipa.

Menurut Saud Marpaung keputusan ini justru malah akan menambah masalah baru dengan pertimbangan beban biaya akan bertambah serta resiko akan semakin meningkat.

Hal pertama yang harus diperhitungkan menurut Saud Marpaung adalah pertama ; membebani anggaran APBD karena biaya BBM akan bertambah lalu dengan jarak kurang lebih 40 km jauhnya dari lokasi sumber sampah dengan lokasi TPA, terhitung jumlah armada yang ada sekarang tidak akan cukup jika di kalkulasi dengan produksi sampah yang ada hari ini, catatan harus ada penambahan jumlah armada baru, jika tidak maka otomatis kebutuhkan race setiap armada akan di tambah menjadi tiga kali lipat setiap hari.

“Kemudian kita masuk dari segi kajian lingkungannya, dalam membangun TPA di wajibkan untuk melakukan studi kelayakan terlebih dahulu, waktu yang dibutuhkan paling minimal 6 bulan lamanya, lalu setelah studi kelayakan selesai baru lanjut ke penyiapan konstruksi,”terangnya.

Saud menambahkan melakukan penggambaran atau biasa disebut dengan DED (Detail Engineering Design) itu butuh waktu tiga bulan, kemudian masuk ke tahap pembangunan yang kurung waktunya dibutuhkan sekitar setahun, jadi kesimpulannya dalam membangun TPA yang ideal maka di butuhkan waktu kurang lebih dua tahunan.

“Kalau hanya persiapan di beberapa bulan ini maka di pastikan bukan TPA yang akan dibangun melainkan hanya sekedar tempat penampungan sampah, dimana potensi pencemarannya justru akan semakin besar sebagai contoh air lindih yang berasal dari sampah organik, sisa makanan ataupun dari tumbuh-tumbuhan yang kadar airnya tinggi, itu jika sudah bercampur dengan sampah plastik dan masuk kedalam tanah sehingga terjadi pencemaran, dan tingkat kesuburan tanah akan di pengaruhi,”sambuang Saud.

Kemudian Lanjut adanya resiko kebakaran, jadi sampah organik itu mengandung gas metan, gas yang bisa menyulut api dan sangat berbahaya apalagi pada saat musim kemarau, harusnya kalau TPA yang ideal sudah ada pipa-pipa yang disiapkan untuk menyerap sisa gas metan, lalu sisa gas metan yang di hasilkan itu biasanya bisa di pergunakan untuk menjadi BBM.

banner 728x250    
Editor: Abdul Muhaimin

Tinggalkan Balasan

error: waiittt