banner 728x250
Opini  

Jantung Jazirah Sulawesi Selatan Dikepung Banjir dan Longsor

Foto : Ghadirkhum (Pustaka Mandoti)

Oleh: Ghadirkhum

(Pustaka Mandoti)





Kabupaten Enrekang dikenal dengan kekayaan alamnya yang beragam di berbagai sektor potensi, dapat dilihat antara lain. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Kehutanan, Pertambangan, Energi dan Pariwisata.

Sejauh ini peranan sektor pertanian dan perkebunan memiliki tempat utama di bandingkan dengan sektor alam yang lainnya dalam meningkatkan perekonomian di Kabupaten Enrekang.

Keberhasilan sektor pertanian dan perkebunan meningkatkan perekonomian masyarakat didukung oleh ketersediaan sumber daya alam memadai, ketersediaan lahan yang subur memungkinkan pengembangan berbagai komoditas, baik komoditas tanaman pangan dan hortikultura maupun berbagai komoditas pertanian lainnya.

Pemerintahan yang dipimpin oleh H. Muslimin Bando di periode keduanya menjabat sebagai Bupati Kabupaten Enrekang mengklaim bahwa telah berhasil membangun agropolitan berwawasan lingkungan di sektor pertanian dan peternakan dan digadang-gadang bahwa Enrekang menjadi sentra penghasil tanaman hortikultura terbesar di Sulsel.

Hampir semua tanaman hortikultura yang memadati pelataran pasar di Sulsel, bahkan beberapa pasar di Jawa dan Kalimantan, disuplai dari Enrekang.

Diantaranya yang paling banyak di impor adalah sayur-sayuran dan buah. Mulai kol, sawi, tomat, bawang merah, daun bawang, cabai besar, hingga kacang merah. Juga ada terong, buncis, wortel, kacang panjang, labu siam, jeruk bali, buah langsat, serta kopi.

Namaun nyatanya selama kepemimpinannya tidak jarang petani mengeluhkan sola harga murah.

Belum lagi sektor pertanian, perkebunan dan hortikultura yang selama ini digeluti oleh masyarakat mengalami berbagai ancaman.

Misalnya lahan-lahan pertanian ini rentan mengalami longsor dan banjir di musim hujan.

Memasuki pertengahan Tahun 2024 Kabupaten Enrekang mengalami bencana lingkungan di 17 titik wilayah dan akibat kejadian tersebut tidak sedikit masyarakat yang mengalami kerugian secara ekonomi, mulai dari kerusakan rumah, lahan-lahan pertanian, akses jalan yang terpotong.

Sedangkan saat musim kemarau tiba akan mengalami kekeringan yang akan berdampak pada entitas penghasilan pertanian dan perkebunan akan menipis.

Pesatnya kerusakan lingkungan dicurigai akibat pembabatan hutan liar di berbagai hutan kawasan ataupun hutang lindung oleh masyarakat dikarenakan adanya pembiaran oleh pemerintah itu sendiri.

Lalainya pemerintah yang terkesan melakukan pembiaran penebangan hutan kawasan atau hutan lindung sebagai penyangga air akan berdampak sangat buruk dan beresiko yang akan melanda Kabupaten Enrekang.

Semakin menyempitnya kawasan hutan memiliki pengaruh yang begitu besar atas kerusakan lingkungan hidup. Sejumlah sumber-sumber air mulai terganggu hingga Kabupaten Enrekang tidak lagi memiliki ketersediaan debit air yang memadai untuk kebutuhan pertanian warga.

Selain itu sejumlah satwa kehilangan habitat dan berpotensi mengalami kepunahan.

Ditambah lagi lemahnya mitigasi bencana yang harusnya menjadi pokok perhatian Pemerintah daerah saat sebelum memasuki musim hujan tiba.

Pemerintah daerah Kabupaten Enrekang seharusnya aktif melakukan mitigasi bencana di berbagai wilayah yang rentan mengalami longsor, tanah bergerak , dan banjir, apalagi daerah Enrekang nyaris selalu ditimbah bencana longsor dan banjir di setiap kali musim hujan terhitung dari tahun-tahun sebelumnya.

Suatu kesalahan besar jika menyalahkan intensitas hujan sebagai penyebab terjadinya suatu bencana.

Bencana banjir dan longsor yang mengepung jantung jasirah Sulawesi Selatan atau Kabupaten Enrekang adalah bukti nyata bahwa ada kekeliruan pemerintah daerah dalam pengimplementasian kebijakan lingkungan dan ketidak tegasnya terhadap pelaku pembalakan hutan.

Tidak sedikit petani di Kabupaten Enrekang melakukan pembukaan kawasan hutan untuk pertanian, perilaku semacam ini bukan tanpa alasan yang kuat.

Salah satu yang menyebabkan para petani nekat melakukan pembukaan lahan hutan untuk pertanian adalah karena harga hasil pertanian maupun perkebunan tidak jarang anjlok dipasaran ditengah banyaknya kebutuhan ekonomi keluarga, pendidikan atau untuk bayar pajak.

Pemerintah Kabupaten Enrekang kedepannya harus banyak belajar mengenai mitigasi bencana untuk mengurangi dampak bencana atau kalau masih bisa diupayakan untuk meniadakan bencana.

Mitigasi itu ada yang berupa struktural dan non struktural. Struktural berupa pencegahan bencana dengan perbaikan atau peningkatan infrastruktur.

Non struktural berupa pencegahan bencana dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat, seperti memberikan sosialisasi, pembentukan lembaga pencegahan bencana.

Dalam hal pembentukan lembaga pencegahan bencana termasuk didalamnya pembentukan sistem informasi pencegahan bencana yang baik dan tepat sasaran.

Dengan struktur kelembagaan yang jelas terkait siapa yang bertanggung jawab di lingkungan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat menjadi paham langkah apa yang akan dilakukan dan kepada siapa masyarakat melaporkan ketika bencana terjadi.

banner 728x250

banner 728x250

     

Tinggalkan Balasan