Sepenggal Cerita KKN di Tengah Pandemi Covid 19

Enewsindonesia.com, Oleh : Ahmad Dzikri

Gemerlapnya malam kusesap segelas kopi dan kuhisap sebatang rokok yang baru saja kubeli sambil menatap bintang yang bertabur di luasnya langit, banyak hal yang terlintas dipikiranku, berlarian tanpa arah hingga berhenti di satu ingatan dengan berbagai kejutan kehidupan. Yah tepat sekali, sepertinya alam semesta mulai renta dan tak sekuat dulu. Kini tubuhnya mulai ringkih namun begitu berat beban yang harus diterima. Tahun ini, tepatnya pada awal 2020 ada salah satu virus yang menyerang mahluk di bumi. Bukan karna alam semesta sedang bersandiwara, tapi manusia terlalu serakah hingga akhirnya menyebabkan kerusakan demi kerusakan yang menyakiti bumi, oh malangnya.



Namaku Ahmad Dzikri dan teman-teman biasa panggil dengan sapaan Radzi, aku hanyalah mahasiswa biasa dari kampus merah maron (Universitas Sulawesi Barat).

Hanya mahluk introvert yang sulit memulai percakapan, tidak bermaksud sombong namun lebih tepatnya tidak suka berbasa-basi, yap itulah yang selalu menghalangiku untuk berbaur dengan lingkungan sekitar rumahku.

Bagai mimpi buruk karena sebuah wabah yang mendunia dan membuat kita harus mawas diri adalah penyebabnya, perubahan yang sangat cepat menuntut kita untuk segera beradaptasi dengan kondisi ini.

Bukanhanya secara individu, instansi pendidikan bahkan pemerintahan menggalakkan sistem Psical and social distancing dan work from home yang membuat kita gelisah dan pusing bukan kepalang.

Banyak hal hal yang tak pernah terfikir, bahkan tak berniat melintas di fikiranku dan mahasiswa lain tentang semua yang terjadi dan dengan terpaksa dijalani, awalnya memang sangat tidak memungkinkan dan sulit dilakukan. Namun sekali lagi pepatah itu pun benar adanya, “Ala bisa karna biasa”. Semua perubahan yang kami alami mulai dari penggalakan sistem psical and social distancing bahkan work from home sudah mulai bisa dan terbiasa dilakukan.

Tak selesai hanya dengan study from home namun kita juga harus melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri yang dilaksanakan di daerah asal mahasiswa, tak habis fikir bagaimana jadinya KKN Mandiri itu, dimana euforianya, apakah akan sama saja?, bagaimana respon masyarakatnya? Apakah ada desa yang sudi dijadikan tempat KKN? Tentu saja semua pertanyaan itu berkecamuk berebut tempat namun tak satupun terjawab saat itu juga.

Semua prosedur yang harus kami ikuti mulai dari pembekalan dan pendampingan KKN dilakukan secara online, dan rasa cemas itu mulai muncul satu persatu, apakah desaku mau menerimaku? Apakah ada yang sudi kiranya KKN bersamaku? Apakah aku akan baik-baik saja nantinya? Bagaimana aku harus menghadapi orang orang itu? Bagaimana jika aku salah bersikap didepan mereka?. bahkan disetiap langkah kakiku kecemasan-kecemasan itu tak kunjung meredah.

Hingga disuatu titik rasa ingin menyerah mulai datang, namun Sang Maha cinta memberi sebuah hadiah, apa salahnya jika kukatakan hadiah itu berharga? Karna hadiah yang Dia berikan adalah awal dari kutemukannya keluarga baru di Kelompok KKN ku saat itu.

Betapa ajaibnya pertolongan Allah saat itu juga, tiba-tiba ponselku berdering dan mendengar suara seorang gadis yang tak asing diseberang sana. Yang biasanya ponsel ini hanya kugunakan untuk membalas pesan saja, namun kali ini bukan bunyi notifikasi pesan, ini nada dering telphon.

“Hallo” sapa gadis itu, “hallo juga” kataku, apakah benar ini Radzi? lanjutnya, kujawab “Ya, ada apa?”. “bisakah kita KKN bersama di desamu ?” sambungnya. Seketika itu juga rasa senang karna satu kecemasanku tidak perlu lagi dikhawatirkan. Dengan semangat kujawab ”Ya, bisa“. Sekali lagi rasa syukur ku panjatkan karena pertolongan yang tiada henti dari-Nya.

Setelah kesepakatan melalui telephon yang kuterima terakhir kali, kami pun mulai menyusun beberapa program kerja untuk kemudian diajukan ke kepala desa. Dengan semangat kami memikirkan segala aspek yang berpeluang dijadikan program kerja. Sangat banyak hal yang bisa kami abdikan untuk desa ini, desa dengan letak strategis dan tak jauh dari pusat perekonomian kecamatan.

Tiba saatnya kami harus melakukan observasi di desa ini, diawali dengan menemui kepala desa di kantor desa. Saat di kantor desa ternyata kami bertemu dengan salah satu mahasiswa dari Universitas Kanjuruhan Malang. Terkejut bercampur senang namun bingung harus bagaimana. Yah itu yang kami rasakan. Adalah hal wajar jika itu terjadi. Mau tak mau kami melakukan Observasi desa bersama sama.

Setelah beberapa hari melakukan observasi. Sore ini saatnya kami mengajukan Program Kerja (Proker) yang sudah kami susun dan rencanakan. Proses pengajuan proker berlangsung sangat khidmad dan mendapatkan respon yang baik, kini saat pembahasan proker yang kuajukan, namun sangat disayangkan adalah salah satu dari beberapa proker yang kuajukan di tolak oleh kepala desa dengan alasan topik yang diambil dalam diskusi tersebut merupakan hal yang sensitif untuk di bahas di tengah masyarakat desa ini.

“Sepertinya Perihal diskusi itu lebih baik Jangan dilakukan dik, karena melihat topik yang akan dibahas merupakan hal yang sensitif dan mengingat pemuda desa ini sangat kritis, dikhawatirkan akan menghambat kerja kalian dan mengundang keributan,” ucap Kepala Desa.

Dengan berat hati kami harus mengiyakan ucapan tersebut, kuakui topiknya memang sedikit sensitif untuk dibahas, dan lagi ternyata beberapa waktu lalu pemuda setempat pernah melakukan demo dengan topik ini, tapi apa salahnya jika kuakjukan? Toh tujuanku ingin membuka wawasan dan menghasilkan satu kesimpulan diskusi. Yasudahlah, setelah difikir-fikir pun menjadi lebih menakutkan jika mengundang keributan.

Kelompok KKN kami pun Kini berjumlah sembilan orang. Fitri, Salma, Hamlia, Fatma dan rezki adalah mereka yang satu almamater denganku, sedangkan Wawan dan Jupri adalah mahasiswa dari Universitas Kanjuruhan Malang. Yang di susul Fahri satu-satunya Mahasiswa Universitas Megarezky Makassar yang KKN bersama kami. Perlu waktu bagi kami beradaptasi dan berbaur, namun itu tak memerlukan waktu yang lama, lambat laun kami semakin dekat saja.

Setelah semua prosedur itu terlaksana, waktu nya bagi kami menjalankan proker demi proker, hingga akhirnya salah satu proker besar kami yang berupa seminar keuangan terlaksana dengan lancar. Satu lagi puji syukur yang tak henti hentinya ku ucapkan, karna apa yang kukhawatirkan tidak terjadi, aku baik baik saja , ternyata aku mampu menghadapi Semua nya, ternyata desaku tak menolak ku untuk mengabdi, dan bahkan aku merasa memiliki keluarga baru dalam kelompok kecil pengabdian ini.

Hari demi hari terlewati hingga saatnya bagi kami untuk menuntaskan semua ini, rasa sedih, berkecamuk didalam dada, tak tau harus berbuat apa. Rasa Nya masih ingin sedikit lebih lama lagi untuk terus bersama keluarga baru di desa kecil ini, rasanya masih ingin menikmati waktu bersama warga desa ini, mengajar adik adik SD, SMP yang tampak begitu polos, dan Ibu-ibu Rumah tangga yang kami ajar untuk membaca, menyapa warga yang dengan ramahnya menerima kami, menemui pak kepala desa yang baik Hati yang sangat open minded terhadap kami dan jajarannya untuk Program Kerja kami, “aaah pasti akan sangat kurindukan” decak ku dalam hati.

Dan benar saja. Hingga saat ini setelah beberapa waktu berlalu pun aku masih sangat merindukan semua momen itu, walaupun KKN dilaksanakan ditengah pandemi aku masih merasakan euforianya, merasakan momen-momen berharga yang tak akan terulang, dan semua hal tersebut memberikan dampak positif bagi jiwa dan raga ini yang sekian lama terkurung dalam keraguan. Andaikan waktu diputar kembali tak ada hal yang ingin kurubah, aku hanya ingin semua momen itu tersimpan rapi dalam rak kenangan di hatiku. (*)

banner 728x250

banner 728x250

     

Tinggalkan Balasan