ENEWSINDONESIA.COM, POLMAN – Sejatinya di era Disrupsi 4.0 ini merupakan era dimana kita harus mampu memanfaatkan teknologi digital dengan baik dan benar. Pasalnya, dikehidupan realitas sosial media yang semakin berkembang sekarang, sering kali kita disuguhkan dengan banyaknya postingan hoax yang bertebaran secara terus-menerus, maupun hal yang tidak mendidik lainnya.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan modal literasi dasar yang harus di miliki oleh setiap individu untuk menunjang bagaimana cara berliterasi dengan baik di masa ini. Artinya, pandai-pandailah memanfaatkan teknologi yang ada!
Untuk membahas hal itu, Madarasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kecamatan Matakali, Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat menggelar diskusi tentang literasi digital, difasilitasi langsung oleh Lembaga Literasi Sudut Baca Nusantara, Kamis (11/11/2021).
Kegitan yang bertemakan “Melahirkan Budaya Literasi di Madrasah” menghadirkan dua narasumber Yaitu Farhan Rahmat, S.H (Ketua Umum Zein Office), dan Sappeami, S.ei.,M.E (Dosen IAI DDI POL-MAN). Para narasumber juga merupakan penggiat literasi.
Farhan Rahmat menyampaikan bahwa ada banyak efek negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi digital, salah satunya adalah hilangnya makna kehidupan. Ada banyak kebiasaan baik yang ditinggalkan akibat hadirnya teknologi. Adat sopan santun juga semakin berkurang, kekuatan fikiran semakin mengusam karena banyaknya informasi atau sumber pengetahuan yang kita peroleh secara simpel, kemudian pada intinya daya baca juga menjadi semakin berkurang, karakter yang terbentuk secara instan karna kebanyakan anak lebih suka memilih jalan pintas untuk memperoleh pengetahuan.
“Menurut data tahun 2000 an kita bisa konsentrasi penuh selama 13 detik, kemudian di tahun 2015 kita bisa 8 detik, dan hari ini kita hanya bisa konsentrasi selama 2-5 detik. Sebabnya, karena pikiran setiap hari dihilangkan dengan Android. Waktu dihabiskan lebih banyak untuk bermain Handphone, sehingga fikiran kurang dilatih untuk menganalisis atau yang mempelajari hal-hal rasional lagi,” ujarnya.
Mirisnya salah satu lembaga penelitian internasional pernah merilis data bahwa netizen Indonesia adalah yang paling tidak sopan di Asia Tenggara dalam menggunakan Media Sosial, internet digunakan hanya untuk melepaskan kebencian (cyber bullying).
Maka dari itu Sappeami mengajak seluruh generasi muda yang hadir untuk terus mulai memperbanyak membaca dan menulis karena dengan itu.
“Kita dapat mengembangkan ide atau gagasan, mengkreasikan diri serta berinovasi, tentunya literasi adalah sumber pemahaman yang sejati yang dapat kita manfaatkan untuk menggali potensi diri, serta dapat mengupgrade ilmu, membaca peta kehidupan serta dapat menebar manfaat ke sesama,” terang Sappeami.
Sappeami berharap bagaimana literasi ini harus kita kembangkan sejak dini, utamanya dimulai di lingkungan Madrasah, ini merupakan langkah yang baik agar kebodohan tidak semakin merajalela dan yang terpenting kita bisa lebih produktif lagi.
“Era digital membuat manusia semakin rindu dengan desa, rindu dengan alam, rindu dengan suasana harmoni nan tenang. Di desa gotong royong masih ada, silaturahmi tetap terjaga, dan tentunya sumber makan dan minum yang masih original,” tutupnya.
Muh Saad