Enewsindonesia.com, Makassar – Calon Petahana Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto (Danny) berpotensi terjegal dari peta Pilwalkot Makassar, 9 Desember 2020 mendatang.
Meskipun Danny sudah mengantongi dua rekomendasi partai, yakni Partai Nasdem dan Partai Gerindra. Namun, tidak ada jaminan bahwa rekomendasi itu tidak akan berubah jelang detik-detik pendaftaran di KPU.
“Di Bulan Juli ini ada empat yang berpeluang maju. Namun kalau dikaitkan dengan tingkat elektoral, bisa saja di detik-detik terakhir, ada yang terpental karena partainya mengalihkan dukungan ke calon yang lebih strategis secara elektoral untuk memenangkan pilwalkot,” kata Direktur Eksekutif PT. Indeks Politica Indonesia (IPI) kemarin, Minggu (5/7/2020).
Analisis ini disampaikan dalam diskusi bertema “Bedah Peta Pilwalkot Makassar bersama PT. Indeks Politica Indonesia” di Café Res_Publica, Pettarani, Makassar.
Suwadi meyakini, Danny mengharapkan Pilwalkot diikuti 4 atau lebih pasangan calon. Sebab lebih banyak pasangan calon, lebih menguntungkan bagi Danny sebagai petahana dalam memecah suara pemilih yang tidak mendukungnya.
Sebaliknya, Syamsu Rizal (Ical) dan Irman Yasin Limpo (None) menginginkan pilwalkot diikuti tiga pasangan tanpa Danny, agar suara pendukung Danny bisa diperebutkan oleh dua calon ini.
Appi, menurut analisis Suwadi, sangat mengharapkan tanding duel ulang dengan Danny. Sebab dalam kondisi tidak siap bertarung di Pilwlkot 2018, Appi hanya selisih 4 persen dengan kolom kosong.
Berdasarkan riset IPI, pengaruh Danny terhadap kemenangan kolom kosong hanya berkisar 30 persen. Sisanya, 23 persen dipengaruhi elit politik yang mengharapkan pilkada ulang agar bisa turut serta berkontestasi.
“Saya sangat yakin peluang ada yang gugur itu lebih besar dibanding tidaknya. Karena para calon penantang diisi kepalanya ingin maksimal hanya 3 pasangan calon,” kata Suwadi.
“Dari sisi dukungan partai, hanya Appi dan Deng Ical yang tergolong aman. Partai politik Danny dan None masih sangat mungkin berpindah dukungan ke Appi atau Ical. Kalau itu terjadi, pilwalkot sangat mungkin diikuti tiga pasangan calon, entah None atau Danny yang tidak maju,” lanjutnya.
Sosiolog Universitas Hasanuddin, Dr Sawedi Muhammad juga bersepakat bahwa kemungkinan besar Danny akan terjegal.
“Karena mayoritas masyarakat tentu mengharapkan kandidat yang tidak tersandera oleh masa lalunya. Kita mengharapkan lanskap Kota Makassar yang lebih baik ke depan. Jangan sampai baru saja sudah dilantik jadi walikota, tiba-tiba bermasalah hukum. Kita tidak menginginkan itu terjadi,” ujarnya.
Menurutnya, bukan cuma Danny yang berpotensi terjegal rekomendasi partai. Semua kandidat sama-sama berpotensi kehilangan dukungan partai yang sudah ditangan.
“Orang yang sudah mendapatkan rekomendasi partai itu belum aman. Masih terbuka peluang rekomendasi itu bisa saja berubah sewaktu-waktu,” tambah Sawedi.
*Hati-hati dengan Manuver Appi
Belum adanya formulir B1KWK yang dikeluarkan partai politik di Pilwalkot Makassar, menjadi momok menakutkan bagi para calon walikota. Potensi jegal-menjegal masih terbuka lebar.
“Potensi begal politik itu besar. Ada peluang yang sangat potensial, dukungan partai dibajak atau diambil alih oleh calon lain. Karena partai juga tidak memiliki prosedur yang standar untuk menentukan calon kandidat. Banyak partai yang membuka pendaftaran tapi juga menyiapkan shortcut,” kata pakar politik Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr Luhur Andi Prianto.
Ia menjelaskan, di setiap partai politik ada banyak gerbong. Faksi-faksi inilah yang menjadi jalur atau pintu untuk mendapatkan rekomendasi. Jalan pintas inilah yang memungkinkan begal-membegal rekomendasi partai terjadi.
“Istilahnya ada banyak pintu. Itu semua menjadi jalan bagi kandidat untuk membajak rekomendasi partai. Karena selalu tersedia jalan pintas untuk merubah dukungan politik partai yang sudah ditetapkan. Dan saya kira Pak Appi sudah punya pengalaman membangun koalisi besar,” ujar Luhur.
Serupa disampaikan pakar politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Dr Firdaus Muhammad. Menurutnya, potensi membajak partai di detik-detik terakhir sangat mungkin terjadi.
“Manuver-manuver politik Pak Appi sekarang ditunggu, karena memang peluang Appi bermanuver itu paling besar. Kalau benar, Pak Appi menggunakan pola yang lalu, di detik-detik terakhir (rekomendasi partai.red) itu bisa buyar. Karena kita melihat sebelum-sebelumnya, kemungkinan itu masih ada,” tegas Firdaus.
Menurutnya, saat ini merupakan masa kritis bagi para kandidat dan partai politik dalam menentukan pilihan. Kandidat yang telah mencukupi jumlah kursi untuk mendaftar calon walikota, disarankan untuk lebih fokus mempertahankan rekomendasi partai yang sudah ditangan ketimbang berusaha menggembosi partai kandidat lain.
“Jangan sampai lebih fokus menggembosi rekomendasi partai orang lain, sementara partai pendukung sendiri lepas,” ingat Firdaus. (AS/HW)
mantappp….. kunjung balik https://abyadi.com