banner 728x250   banner 728x250  
OPINI  

Fenomena Gerakan Perempuan Iran

 

Oleh: MUH. TAUFIK KASAMING (Advokat dan Aktifis, Pendiri LBH-PERS dan Forum Studi Humaniora Makassar)

banner 728x250   banner 728x250

Jerit pekik kaum perempuan dan rakyat Iran ; “hapus hijab, matilah diktator, runtuhkan republik islam” dan aksi membakar jilbab serta memotong rambut, adalah aksionalisasi dari kemarahan empat puluh tahun bagi rakyat Iran utamanya kaum perempuan. Slogan dan tagar dimedia sosial, membanjiri laman, akun, serta varian-varian aplikasi lainnya. Tren tragedi kemanusiaan di Iran mengalahkan berita perang Rusia versus Ukraina.

Aksionalitas perempuan Iran bergerak, adalah sebuah tindakan akumulatif yang terubunitas atas kebijakan pemerintah Iran yang sangat kaku, ketat, keras terhadap aturan yang mengekang, terutama bagi kaum perempuan. Akumulasi gerakan rakyat yang diinisiasi dan dipelopori oleh kaum perempuan menemukan momentumnya atas tragedi kematian seorang gadis Mahza Amini yang masih berumur 22 tahun tewas di penampungan polisi moral rezim pemerintah.

Kematian Mahza Amini ditengarai hanya karena ditemukan oleh polisi moral yang tidak memakai jilbab yang tidak sesuai syariah, sewaktu perjalanan bersama keluarga ke Teheran. Saat ditangkap, menurut beberapa saksi, bahwa Mahza Amini dianiaya sehingga mengakibatkan cedera di kepala. Laporan dari pihak polisi Iran sempat mengelak dan mengatakan bahwa tidak terjadi penganiayaan, dan Mahza Amini meninggal karena penyakit alami yakni serangan jantung.

Pernyataan ini dianggap upaya pembohongan terhadap publik, sehingga menimbulkan kemarahan kolektif atas pencederaan dan pemerkosaan atas keterbukaan informasi publik dari
pemerintah. Tak ayal, hal ini yang memicu kerusuhan besar-besaran diberbagai kota-kota besar di Iran. Kemarahan dan protes rakyat Iran yang mulanya hanya terjadi di Teheran dan Kota Kurdistan, sekarang ini sudah melebar hampir di lima puluhan kota besar dan kota-kota kecil di Iran.

Sangat disayangkan, rezim pemerintah justru melakukan tindakan kekerasan kepada demonstran dengan dalih keamanan. Himbauan Presiden Iran juga sangat mengecewakan rakyatnya. Presiden Iran bahkan mengatakan bahwa “akan memberikan tindakan keras bagi para demonstran”. Sebaliknya malah menuding Amerika Serikat dan Barat yang memicu terjadinya insiden ini. Upaya kontra politik yang kamuflatif-apologistis yang tidak berdasar dari rezim, dibarengi tindakan represif.

TAMATNYA ARAB SPRING
Era pentium abad 21 yang membalik tatanan lama menjadi tatanan spektakuler. Ciri abad pentium mencuatnya kesadaran berpikir artifisial intelegensia. Masyarakat komunikatif-konektif, industrial robotikal. Dunia dan bentukan peradabannya semakin kecil dan sempit. Simbol (4 . 0) – (5 . 0) adalah hieroglif milenium yang menjadi sandi global, bagaimana peradaban dibangun diatas tuts-tuts digital yang dapat digenggam.

Kekhawatiran di Timur Tengah utamanya kawasan teluk menunjukkan ketakutan akan habisnya sumberdaya minyak. Yang selama ini menjadi sumberdaya pemanja bagi sultan-sultan dan rakyatnya. Bahkan beberapa dekade menjadikan minyak sebagai senjata dan tawar-menawar politik di kancah politik internasional. Memaksa negara-negara ini untuk adaptif terhadap perubahan. Utamanya kebijakan konservatif dan yang fundamental.

Modernisasi dan sekularisasi di negara-negara teluk, menunjukkan negara-negara tersebut takluk atas era pentium. Upaya reformasi ditandai hampir semua negara-negara Arab Teluk telah membuka kerjasama dengan Israel, China, Rusia dan negara-negara Eropa, yang selama ini dianggap sebagai negara-negara kafir. Kerjasama multi-sektor seperti ; pertanian modern, pariwisata, pendidikan dan pemajuan kebudayaan. Akhirnya, polarisasi berdasarkan sekat agama telah ditinggalkan !.

Uni Emirat Arab (UAE) telah lebih dulu memulai reformasi dan kebijakan dalam negeri dan internasionalnya. Disusul Kuwait, Qatar, Bahrain. Yang terakhir adalah Arab Saudi. Reformasi pilar yang dirombak, tidak lagi menutup diri pada dunia luar. Visi kota dunia di sektor perbankan dan bisnis serta industri. Dan yang paling fenomenal dan fundamental adalah dibukanya hak-hak kesetaraan bagi kaum perempuan. Hal ini tidak terjadi di negara-negara Persia Islam yakni Iran !

JARI PEREMPUAN = SENJATA
Fenomena luar biasa, senjata perlawanan kaum perempuan Iran adalah; “Ibu Jari dan Media Sosial !” Sekali tuts-tuts telepon seluler ditekan oleh ibu jari, gerakan perlawanan tumpah dan meluap tidak hanya di Iran, tetapi juga seantero dunia. Perlawanan kaum perempuan Iran disambut dengan semangat kemanusiaan atas sesama perempuan global. Isu ketertindasan dan kekerasan rezim islam patriarki terhadap kaum perempuan mendapat simpati masyarakat internasional.

Tsunami protes global yang mendukung perlawanan perempuan dan rakyat Iran. Kaum perempuan Iran tau betul, bagaimana menjadikan kelemahan menjadi kekuatan. Bersuara adalah peluru yang ampuh. Kebersamaan adalah benteng kokoh. Teriakan, pekik dan jeritan adalah terompet panggilan berjuang. Kaum perempuan Iran mengjungkir-balikkan tradisi kenabian yang selama ini hanya tertakdir pada kaum dan sosok kaum laki-laki saja.

Perempuan bukan hanya bisa dipandang sebagai sosok gender yang berbeda dari laki-laki. Tapi intisari kaum perempuan secara magnafisial adalah mahluk generatif. Patriarki adalah warisan peradaban purba yang terus berevolusi tanpa sedikitpun membuka ruang kemerdekaan bagi kaum perempuan. Tak terkecuali, patriarki terwariskan juga pada agama-agama mapan dalam struktur budaya peradaban.

Bagi kaum perempuan, mereka tidak minta dikasihani, tetapi mereka minta untuk dimengerti serta dihargai. Mereka hanya minta untuk didengar. Abai dan tidak sensitif terhadap kaum perempuan, kaum perempuan bisa meruntuhkan peradaban dengan kemampuan yang luar biasa bahkan diluar nalar bagi kaum laki-laki yang bermental patriarki !

Perjuangan kaum perempuan Iran membuka mata dunia dan kemanusiaan kita, bahwa kaum perempuan dari belahan dunia manapun, sudah saatnya bangkit melawan jika hak-hak dasar masih diatur negara yang bermental patriarki. Telepon genggam, internet, aplikasi media sosial, adalah bak tongkat Musa dari Ilahi yang siap membelah kediktatoran ! Hidup perempuan ! “Jika hak Dirampas, Merebut Kembali adalah Kewajiban” (Goethe).

banner 728x250    banner 728x250
Editor: Andi Akbar

Tinggalkan Balasan

error: waiittt