banner 728x250 . banner 728x250
NTT, Sikka  

Dinas Kelautan dan Perikanan Sikka Gelar Bimtek Sertifikasi Kecakapan Nelayan

Foto: Penyuluh dan peserta Bimtek berfoto bersama

ENEWSINDONESIA.COM, NTT – Penyuluh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Sertifikasi Kecakapan Nelayan di aula kantor Dinas Kelautan dan Perikanan, Jalan Litbang, Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (14/11/2022).

Bimtek tersebut diikuti nelayan dari berbagai wilayah (kecamatan) skop kabupaten Sikka yang masing-masing berasal dari kecamatan Talibura (Desa Nangahale), Alok Timur (Kelurahan Wuring, Kelurahan Beru), Kecamatan Lela, Kecamatan Paga, Kecamatan Waigete, Alok Barat (Desa Waturia).

banner 728x250

Salah satu penyuluh yang biasa disapa Aga menyampaikan bahwa gelaran Bimtek Sertifikasi Kecakapan Nelayan ini diselenggarakan dengan tujuan memberi penyuluhan terkait pemahaman kepada nelayan tentang pentingnya hal-hal teknis saat berada di tengah laut.

“Yang mana segala macam cuaca sering bermunculan tanpa diketahui sebelumnya. Sehingga penting kiranya para nelayan mengetahui hal-hal teknis terkait permasalahan-permasalahan yang bahkan sering di jumpai,” terangnya.

Dia melanjutkan, bila mereka sudah mengetahui hal-hal teknis tersebut maka tidak menimbulkan kepanikan saat hal itu terjadi.

“Semisalnya gelombang air laut yang disertai dengan hujan angin yang bisa mengalihkan arah kemana nelayan akan mengarahkan perahunya sehingga menuju titik aman,” tuturnya.

Gelaran ini dihadiri pula oleh pihak perikanan dari Balai Latihan (Perikanan) Banyuwangi.

Adapun penyampaian terkait hal-hal teknis keselamatan nelayan dalam materi yang disampaikan yakni terkait tata cara membaca Peta, Kompas, dan lain sebagainya, juga hal teknis yang harus dilakukan ketika mendapat ancaman musibah di tengah laut saat cuaca buruk.

Rasat, salah satu nelayan asal Kecamatan Talibura, Desa Nangahale menyampaikan bahwa dirinya nelayan suku Bajo hanya mengandalkan hitungan manual seperti orang tua dulu.

“Yang mana hanya melihat pada tanda-tanda alam, seperti pegunungan, awan, burung-burung yang terbang pada arah tertentu, kemunculan bulan, posisi bintang dan sebagainya saat mendapat cuaca buruk di tengah laut,” paparnya.

“Kadang nelayanpun tidak mengetahui tanda-tanda alam ketika cuaca sudah tidak bisa di prediksi dengan hitungan manual,” lanjutnya.

Nelayan lain, Alfatah yang juga merupakan seorang penyelampun turut mengungkapkan bahwa dirinya pernah mendapati terdapat salah satu keluarga bersama istri dan anaknya yang berasal dari Ropa, Kabupaten Ende.

“Kami dapati hanyut kehilangan arah saat mau pulang menuju kampungnya menggunakan perahu ketinting,” ungkapnya.

Sampai mereka saat itu dalam posisi kelaparan sampai tertidur semua di dalam perahu, dia melanjutkan, pihaknyapun menghampiri dan memberi mereka nasi dan lauk seadanya yang untuk mereka bertahan hidup di perjalanan menuju kampungnya.

“Kami berharap kepada pihak penyuluh untuk selalu melibatkan kami dalam beberapa kegiatan dan berterimakasih karena masih tetap mau memberikan kami pemahaman yang penuh terkait ilmu kenelayanan,” tutup Junading nelayan pemancing tuna asal Kecamatan Talibura, Desa Nangahale. (Faidin)

banner 728x250 ,

Tinggalkan Balasan