ENEWSINDONESIA.COM, SULSEL – Namanya Makmun, seorang putra Bone yang saat ini menjadi dosen di Fakultas Seni Rupa Unismuh Makassar.
Namanya sangat pendek, tapi perjalanan kariernya di dunia kartunis sudah cukup panjang. Karya-karyanya bukan hanya beredar di berbagai media dan event-event nasional, melainkan juga di media dan event internasional.
Makmun Amoeng Bungsu (nama akun Facebook-nya) kadang-kadang secara tidak langsung mewakili Indonesia di media internasional, karena dialah satu-satunya kartunis asal Indonesia yang karyanya dimuat di media massa internasional.
Majalah daring BirkitapbindosT Cartoon E-Session, edisi Maret 2022 (edisi ke-51), sebuah majalah daring kartun internasional yang dibuat oleh kartunis Turki, memuat puluhan karya kartunis dari mancanegara dan satu-satunya kartunis asal Indonesia yang dimuat karyanya adalah karya Makmun Bungsu (Indonesia).
“Karya saya memang sudah rutin dimuat di Majalah BirkitapbindosT, tapi itupun tetap diseleksi. Biasanya penilaiannya itu bukan teknis karikatur, melainkan ide yang ingin disampaikan,” ungkap Makmun, kepada media via telepon Jumat, 04 Maret 2022 dikutip dari Pedoman Karya.
Hal yang menarik menurut Amoeng, saat mengolah sebuah wacana yang sedang menjadi trending topic di media massa maupun media sosial menjadi kartun atau karikatur.
“Tantangannya, bagaimana menarik empati dan sindiran secara lugas dan disertai rasa humor,” ungkap Amoeng.
Salah satu motivasi Amoeng dalam berkarya, karena ia ingin menunjukkan cara pandang yang berbeda dengan menggunakan satire, atau menggelitik dengan visualisasi yang mengandung humor.
“Seni kartun bisa dibilang sesuatu yang mudah tapi sulit, banyak orang juga beranggapan sulit tapi mudah. Sebagai kartunis, akan sangat mudah mencari celah yang bisa diparodikan menjadi bentuk wacana yang menghibur, tetapi tetap mengkritik.
Amoeng menambahkan, seni kartun berupaya mengangkat tema yang hangat untuk memudahkan penikmat kartun agar mudah memahaminya, dengan penggambaran sudut pandang yang lucu.
Secara umum, karya-karya Amoeng menyuarakan keadilan, dengan mengkritik para penindas dengan pendekatan humor.
Berbagai kompetisi internasional yang diikuti Amoeng, biasanya mengangkat isu-isu global. Namun penyelenggara mencari para pekerja kartin yang memiliki cara pandang yang berbeda.
“Kreativitas menvisualkan idea adalah hal utama, dan pada dasarnya tema yang saya angkat menjadi kartun, adalah menyuarakan kaum tertindas dan menarik empati dunia. Saya berupaya membahasakan kejadian terburuk yang terjadi baik dari segi aspek social, ekonomi, politik, kemanusiaan, lingkungan dan lain sebagainya.
Selain itu, karya-karya Amoeng juga berupaya mengangkat potensi lokal yang ada di Sulawesi Selatan. “Saya berupaya mempromosikan budaya lokal, agar dikenal pada kalangan masyarakat nasional maupun dunia. Kita punya budaya yang kaya akan nilai dan filosofi,” ujar alumni Program Pascasarjana UNM ini.
Berbagai penghargaan yang diperoleh Amoeng, antara lain dari Festival Interntional Colicomic 2020, di Colombia, The 3rd Cebu Lampoon Festival, di Filipina (2020), dan penghargaan dari Rumah Kartun dan Komik Malaysia dalam Pameran Kartun VS Covid 19 (2020).
Amoeng juga pernah memperoleh penghargaan dari Majalah Kartun Iran (2021), penghargaan dalam Internatioal Izmir Khatip Celeby University (IKCU) Art Festival (2021), Festival Kartun Maroko (2021), The Euro-Kartoenale Kruishoutem di Belgia (2021), penghargaan dari kontes kartun di Inggris (2021), dan beberapa negara lainnya.
Secara nasional, Amoeng juga pernah mendapat penghargaan dari Ketua Asosiasi Kartun Indonesia (2020). Di tingkat lokal, Ammung juga meraih juara 1 dalam lomba karikatur Partai Demokrat Provinsi Sulsel (2021).