Pemkab Polman dan Enewsindonesia.com Gelar Dialog Cari Solusi Sampah

ENEWS POLMAN •• Polemik Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kabupaten Polewali Mandar (Polman) menjadi perhatian khusus pemerintah dan masyarakat.

Diketahui, TPA sebelumnya disoal warga karena mengganggu dan merusak lingkungan pemukiman dan lahan pertanian warga sekitar.



banner 728x250

Jurnalis Enewsindonesia.com mencoba ikut mencari solusi dengan menggelar dialog via Virtual Zoom dengan tema “Sampah Sebagai Instrumen Kesejahteraanyang diadakan pada malam Ahad (10/6/2021).

Dialog ini dihadiri oleh Bupati Polewali Mandar yang diwakili Sukirman Saleh (Asisten Pembangunan) sebagai Keynot Speaker, Ketua DPRD Polman (Jufri Mahmud) dan Narasumber; Saut Marpaung, Ketua Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI), Prof Sri Tejowulan (Guru Besar Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat), Irfan S.Hi (Konsultan Lingkungan).

Abdul Hakim Pariwalino sebagai host membuka sesi dialog dengan memberikan sedikit pengantar, “Rencana target penutupan TPA Binuang pada bulan Desember 2021 yang telah disampaikan Bupati Polewali Mandar bukanlah masalah yang sederhana”.

Lanjutnya, penutupan TPA memerlukan perencanaan dan biaya yang cukup untuk membangun infrastruktur mengelola gas metan dan mengurangi resiko kebakaran di musim kemarau.

Untuk rencana penutupan TPA, seharusnya pemerintah kabupaten bisa meminta dukungan perencanaan dan anggaran ke Pemerintah Pusat.

Persoalan sampah merupakan tanggung jawab semua pihak, pengelolaan sampah di Kabupaten Polewali Mandar harus betul- betul dicarikan solusi yang tepat demi mengurangi aspek resiko yang akan ditimbulkan.

Ketua DPRD Polman, Jufri Mahmud menyampaikan bahwa sampah itu merupakan sisa kegiatan sehari-hari masyarakat atau secara awam orang memahaminya secara negatif.

Pengelolaan sampah dari semua tahapan kiranya sudah sesuai aturan dari kementerian bahwa pengelolaan sampah baik itu suatu kawasan yaitu meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

“Saya kira tahapan atau aturan secara umum ini sudah sangat ideal untuk mengatasi menyelesaikan permasalahan sampah di Polewali Mandar,” ujar Jufri Mahmud.

“Akan tetapi kalau menurut saya kenapa masih terjadi permasalahan? Secara aturan dan kebijakannya sudah sangat ideal, jadi kiranya kita sepakat bahwa permasalahannya itu muncul pada tataran pelaksanaannya di lapangan, ada yang tidak dilaksanakan berdasarkan SOP,” lanjutnya.

Asisten Bidang Pembangunan yang mewakili Bupati Polman, Sukirman Saleh, dalam sambutannya menyampaikan bahwa dialog malam ini bagaimana kita bisa sama-sama berfikir dan bekerja keras untuk bagaimana bisa mengatasi persoalan sampah yang beberapa waktu ini menjadi isu regional di Kabupaten Polewali Mandar.

“Intinya pemerintah daerah bersama dengan DPRD , kami berharap bahwa sampah ini jangan sampai menjadi momok/masalah kedepan. Mari kita tangkap ini sebagai peluang yang ada, bagaimana sampah ini bisa kita olah dan bisa kita tangani sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu solusi terkait dengan kesejahteraan masyarakat tentunya,” katanya.

Prof. Sri Tejowulan sebagai Narasumber menyampaikan bahwa inti masalah sampah, kita sudah pahami bahwa Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar telah memilih metode pengolahan sampah Sanitary Landfil yang mana itu adalah TPA yang cara kerjanya kumpul, angkut, kemudian ditimbun, karena di TPA kebanyakan tidak ada pengolahan kecuali penimbunan dan pelapisan.

“Persoalan ini muncul karena sampah yang di produksi oleh masyarakat dan yang mampu di ambil oleh pemerintah itu tidak sepadan, secara rasional rata-rata hanya 15 persen total sampah harian yang mampu diangkut ke TPA,” terang Prof. Sri Tejowulan.

“Jadi persoalannya, jika pemerintah terus bersikukuh menggunakan sistem TPA saya rasa sampai kiamat pun ini tidak akan selesai permasalahan nya,” tambahnya optimis.

“Efektifnya yang mesti kita hadapi adalah bagaimana kita mengadakan sebuah teknologi yang mampu menghabiskan berapapun timbunan sampah yang ada. Saya rasa ini yang perlu kita tata dalam perhari harus bisa menuntaskan semuanya. Dalama konteks ini, kerjasama antara pemerintah dan masyarakat memang sangat diperlukan karena persoalan mahal dari pada sampah adalah ketika sampah tidak dipisahkan (tercampur), tidak adanya pemisah dari sumber sampah sehingga disitulah tempat mahalnya atau susahnya kita mengelola sampah, tetapi kalau itu bisa dilakukan pada sumber sampah mulai dari tingkat rumah tangga, perkantoran, dan pasar. Maka itu akan menjadi suatu hal yang sangat mudah,” ujarnya.

“Terkait rencana Pemkab Polman membangun teknologi tungku bakar sampah sistem Osamtu yang ditawarkan Prof Sri Tejowulan menurut pendapat saya perlu dikaji aspek potensi pencemaran lingkungan atas asap yang ditimbulkan, pembakaran sampah plastik tanpa dukungan teknologi standard akan mengeluarkan asap bermuatan partikel PM 2,5 plus racun Dioxin Furan. Asap tersebut membahayakan kesehatan masyarakat bukan hanya di sekitar lokasi pengolahan tapi juga dimana asap itu nanti akan turun setelah jauh berkelana, racun dalam asap itu menurut hasil penelitian menyebabkan kanker,” terang Saud Marpaung Ketua APSI.

APSI menyampaikan apresiasi kepada pihak penyelenggara Enewsindonesia.com atas forum diksusi online dimana APSI telah diberikan kesempatan menjadi salah satu pemateri menyampaikan pendapat dan sharing pengalaman mendampingi Pemkab Klungkung Bali dalam mengelola sampah.

“Kami sampaikan terima kasih juga kepada bapak bupati dan ketua DPRD yang memberikan APSI kesempatan membuat kajian singkat terkait solusi cepat mengatasi persoalan sampah di Kabupaten Polman. Setelah PPKM usai saya jadwalkan berkunjung berkeliling untuk menyiapkan rancangan solusi untuk Kabupaten Polman,” tutup Saut Marpaung.



   

Tinggalkan Balasan