ENEWSINDONESIA.COM, BONE •• Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa masih banyak anak Indonesia yang mengalami putus sekolah di berbagai jenjang pendidikan.
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2023, yang dipublikasikan dalam Statistik Pendidikan 2023, mengungkapkan bahwa secara nasional angka putus sekolah semakin tinggi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Angka Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan, 2023:
• SD/sederajat: 0,11%
• SMP/sederajat: 0,98%
• SM/sederajat: 1,03%
Secara umum, terdapat 1 dari 1.000 penduduk yang putus sekolah di jenjang SD/sederajat. Meskipun persentase ini relatif kecil, angka putus sekolah di jenjang SMP/sederajat dan SM/sederajat menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Angka Putus Sekolah Menurut Jenis Kelamin, 2023:
Laki-laki :
– SD/sederajat: 0,10%
– SMP/sederajat: 1,35%
– SM/sederajat: 1,25%
Perempuan :
– SD/sederajat: 0,12%
– SMP/sederajat: 0,59%
– SM/sederajat: 0,81%
Data ini menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki angka putus sekolah yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan, terutama pada jenjang SMP/sederajat dan SM/sederajat.
Di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada tahun 2021 terdata sekitar 17 ribu angka anak putus sekolah.
Setelah diintervensi dengan berbagai program seperti Gerakan Kembali Bersekolah, maka pada tahun 2022 hingga 2023 perkiraan angka anak putus sekolah menurun hingga 12 ribu anak.
“Perkiraannya itu, 11 ribu hingga 12 ribu anak putus sekolah,” kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Nursalam kepada Enewsindonesia.com, Senin 29 Juli 2024.
Lebih lanjut ia menjelaskan, faktor putus sekolah di Bone diantaranya yakni berkebutuhan khusus dan ada juga karena menikah dan karena bekerja.
“Kalau faktor ekonomi, bukan jadi penyebab putus sekolah, karena kita ada program sekolah gratis,” tuturnya.
Untuk presentase angka anak putus sekolah per kecamatan di Kabupaten Bone, hampir berimbang.
Selnjutnya kata Nursalam, sangat signifikan yang putus sekolah itu di usia Sekolah Menengah.
“Misalnya sudah tamat SMP, tidak lanjut lagi SMA. Jadi memang harus ada gerakan bersama, bukan hanya pemerintah kabupaten tapi juga pemerintah provinsi, karen SMA ini kan ditangani provinsi,” katanya.
Selain itu, Nursalam mengaku telah bekerja sama dengan pihak terkait seperti Pengadilan Agama untuk mencegah pernikahan dini.
“Karena ini juga masuk dalam penyebab anak putus sekolah,” tandasnya.