Oleh: Andi Akbar (Pemuda Desa Batulappa)
Ngopi adalah suatu kegiatan bertemunya seseorang untuk duduk bersama sambil menyeruput segelas kopi. Kenikmatan kopi bukan hanya terletak pada cita rasanya, namun lebih kepada momen dalam menikmatinya. Ngopi akan terasa hambar dan kurang nikmat jika diminum sendiri di rumah. Kenikmatan ngopi sangat identik dengan nuasa kebersamaan dalam sebuah tempat seperti warung kopi, depan toko klontongan, teras rumah, atau ruang-ruang tongkrongan lainnya.
Seringkali hanya segelas kopi, dapat duduk sampai berjam-jam lamanya. Bukan karena rasanya, tetapi lebih kepada kebersamaan saat menikmatinya sehingga dapat melarutkan kita dalam kenyamanan dan ketenangan. Dari ngopi, kita dapat memulai pembahasan baik ringan-ringan sampai pada pembahasan yang berat nan serius sekalipun.
Tradisi ngopi sudah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Tua muda, pejabat dan masyarakat sipil duduk bersama dalam lingkaran tanpa ada sekat dan strata. Dengan ngopi dapat melepaskan sekat jabatan, pangkat, materi seseorang. Semua dapat duduk sama rata dan memiliki hak yang sama. Ketika duduk bersama, bukan hanya jabatan, pangkat dan materi yang dihilangkan. Namun perbedaan ras, budaya, agama, suku akan melebur menjadi satu dalam kehangatan secangkir kopi. Inilah tradisi ngopi yang harus tetap dipertahankan yang dapat menyatukan semua perbedaan yang ada.
Tren ngopi semakin meningkat, selain karena untuk ajang nongkrong bagi para milenial, juga karena pesta demokrasi di desa atau pemilihan kepala desa akan dilaksanakan sebentar lagi di beberapa daerah terkhusus di kabupaten bone itu sendiri. Tercatat 177 Desa di 27 Kecamatan di Kabupaten Bone akan melakukan pilkades serentak pada tanggal 18 November 2021 mendatang. Hal ini menjadikan tensi perpolitikan di desa semakin meningkat. Mengingat pengurusan berkas para calon sudah mulai dilakukan dan pendaftaran para calon kepala desa akan dibuka secara resmi pada tanggal 03-13 September 2021. Sehingga baik para calon maupun tim sukses sudah bergerak melakukan sosialisasi dan perkenalan diri ke masyarakat untuk menggaet suara dan mendapat simpatik masyarakat untuk dipilihnya nanti.
Politik adalah suatu jalan atau sebuah wadah yang digunakan untuk melakukan pemenuhan hak-hak dan kepentingan orang banyak atau keterwakilan masyarakat dalam melakukan pengambilan keputusan-keputusan untuk kepentingan umum baik dalam kekuasaan negara maupun kekuasaan daerah. Jika membicarakan politik, maka erat kaitannya dengan negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan umum, hingga distribusi kemakmuran.
Secara etimologi kata “politik” masih berhubungan dengan “policy”atau kebijakan. Sedangkan kata “politis” berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Adapun kata “politisi” berarti orang-orang yang bergelut di bidang politik. Politik berasal dari bahasa Belanda “politiek” dan bahasa Inggris “politics”, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani, “politika”, yang berhubungan dengan negara, dengan akar katanya (polites – warga negara) dan (polis – negara kota).
Politik adalah suatu seni dan ilmu untuk pencapaian kepentingan serta pemenuhannya. Sehingga membutuhkan interaksi antar manusia satu sama lain. Hal ini menjadikan bahwa sosial-politik tidak bisa terpisahkan bahwa untuk pencapain kepentingan orang banyak, diperlukan adanya interkasi dan hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain, antara penguasa dan masyarakat yang saling keterkaitan.
Terlepas daripada itu, adanya kultural dan budaya yang terbangun dalam desa yang tidak bisa dikesampingkan. Bahwa karakter “sipakkatau, sipakkalebbi, sipakkainge (saling memanusiakan, saling menghargai, dan saling mengingatkan untuk kebaikan)” masih sangat kental terbangun dalam desa. Hal ini seharusnya para calon tetap mengedepankan politik sipakkatau, sipakkalebbi, dan sipakkainge dalam gerakannya. Karena pada dasarnya, dalam konteks desa hubungan kekeluargaan ataupun kekerabatan masih sangat kuat antar masyarakat. Sehingga terlepas dari konteks pilkades, bahwa hubungan sosial antar calon maupun tim sukses harus tetap dikedepankan bukan justru sebaliknya politik digunakan untuk menjatuhkan satu sama lain.
Ngopi juga akronim dari “ngobrol pilkades”, para calon ataupun tim sukses semakin gencar melakukan ngopi dari rumah ke rumah. Bahkan hampir setiap sudut-sudut desa terdapat perkumpulan-perkumpulan kecil yang dilakukan oleh masyarakat, ngopi diselingi dengan cerita santai bahkan seringkali dibarengi dengan permainan domino untuk mempererat hubungan satu sama lainnya. Namun, tak jarang ditemukan pula bahwa dengan pesta demokrasi semakin dekat, menjadikan banyak orang yang saling sikut-menyikut dan saling membenci satu sama lain karena perbedaan calon kepala desa. Hal yang sangat lucu, seringkali dipertontonkan kepada masyarakat bahwa kepentingan politik lebih ditinggikan dan didahulukan ketimbang hubungan sosial untuk jangka panjang antar masyarakat.
Pesan singkat bahwa politik adalah sebuah seni dan alat untuk pemenuhan segala kebutuhan hidup, sehingga semua lapisan masyarakat harus melek akan politik agar tidak terus diberdayakan oleh orang-orang untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya semata. “Politik penting untuk semua namun sosial tidak kalah pentingnya dalam kehidupan”.