JAKARTA •• Lahan parkir di area wisata kuliner Kalijodoh, Jalan Kepanduan II, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara menjadi polemik di antara kelompok Daeng Jamal dan Andi Azis Karaeng Emba.
Polemik itu viral di berbagai platform media sosial (medsos). Dari informasi yang dihimpun Enews Indonesia, aktivitas Wisata Kuliner Kalijodo selama ini berada di bawah pengawasan Daeng Jamal.
Puncak memanasnya permasalahan tersebut, pada tanggal 4 September 2024 pukul 19:30 WIB, pihak Andi Asiz Karaeng Emba diduga mengimbau kelompoknya untuk melakukan pembongkaran pintu dan kantor Daeng Jamal yang berada di kawasan wisata kuliner Kalijodo.
“Namun seiring berjalannya waktu,
Pihak dari kelompok Andi Azis Karaeng Emba sering datang ke tempat tersebut untuk memancing kericuhan agar pihak Daeng Jamal terpancing,” ungkap Muhammad Amin SHi selaku penasehat hukum Daenk Jamal kepada Enews Indonesia, Ahad 8 September 2024.
Amin menjelaskan, Daeng Jamal tidak mempermasalahkan hal tersebut bahkan, Daeng Jamal mengimbau kepada seluruh anggotanya agar tidak terpancing terhadap apa yang dilakukan kubu Andi Azis Karaeng Emba.
Lebih lanjut Amin menyampaikan, Daeng Jamal juga telah melakukan klarifikasi kepada pemerintah, tentang pembongkaran kantor keluarga Daeng Jamal oleh sekelompok orang yang berada di kawasan Kalijodo.
“Beberapa jenis benda yang hilang di kantor Daeng Jamal tersbut, yaitu beberapa dokumen penting, pusaka dan barang-barang berharga lainnya,” ujarnya.
Amin mengaku, saat ini Daeng Jamal telah menyerahkan Kalijodo kepada Daeng Azis demi menghindari pertikaian sesama Anak Sulawesi agar tidak terjadi pertumpahan darah sesama saudara khususnya anak Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Demi menjaga dan merawat tali persaudaran sesama anak perantau dari Sulawesi yang berada di Kalijodo yang lebih mahal nilanya dan dengan penuh keikhlasan dalam hati, pihak kami menyerahakan sepenuhnya Kalijodo kepada Andi Azis Karaeng Emba,” kata Amin.
Ia menambahkan, saat ini berbagai tokoh masyarakat dari Sulawesi sedang melakukan pendekatan persuasif, mediasi antara dua kubu yang bertikai agar bisa membangun perdamain sesama anak bangsa terkhusus perantau asal Sulawesi.
“Diharapkan adanya pemberitahuan kepada kedua pihak agar pemberitaan yang seimbang dan segala persoalan yang miskomunikasi selama ini dapat diluruskan dengan transparan tanpa adanya tambahan dari kedua pihak (opini), sehingga terurai dengan baik dan kondusif agar insiden ini tidak berkelanjutan,” tutup Amin.
Sekelumit tentang Kalijodo
– Sejarah Kalijodo
Kalijodo menyimpan cerita teramat panjang sebagai pusat lokalisasi perjudian dan prostitusi di Jakarta.
Tempat ini mulai tumbuh bahkan sejak jaman penjajahan Belanda. Alkisah, para pendatang dari Tionghoa, menetap di kawasan pinggiran Sungai Kalijodo.
Kebanyakan pendatang Tionghoa tersebut merupakan pelarian Perang Manchuria dan mayoritas laki-laki.
Namun menurut versi lain, Kalijodo memang pada awalnya sudah merupakan wilayah prostitusi terselubung.
Pada tahun 1600-an, banyak pelarian dari Manchuria berlabuh di Batavia, lalu mencari istri sementara atau gundik karena tidak membawa istri dari negara asalnya.
Tempat untuk mencari pengganti istrinya di daerah Kalijodo. Para calon gundik ini mayoritas didominasi oleh perempuan lokal, yang akan berusaha menarik pria etnis Tionghoa dengan menyanyi lagu-lagu klasik Tionghoa di atas perahu yang tertambat di pinggir kali.
Pada masa tersebut, perempuan yang akan menjadi gundik disebut Cau Bau. Cau Bau, yang bermakna perempuan, dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan pelacur.
Kendati demikian, di lokasi tersebut masih berlangsung aktivitas seksual dengan transaksi uang.
Aktivitas utamanya adalah menghibur dan mendapat penghasilan, mirip konsep Geisha di Jepang.
– Penertiban dan Pembangunan Kalijodo
Kalijodo sebenarnya sudah direncanakan untuk ditertibkan sejak tahun 2014 dengan alasan merupakan jalur hijau.
Namun kemudian tertunda karena menunggu penertiban Waduk Pluit
selesai.
Setelahnya, Pemprov DKI mendapat momentum dengan adanya kecelakaan yang melibatkan Toyota Fortuner setelah pengemudinya minum minuman keras sepulang dari Kalijodo.
Akhirnya pada tanggal 29 Februari 2016, penduduk Kalijodo direlokasi dengan
melibatkan 5000 personel Polri, 2500 personel Satpol PP dan 400 personel TNI.
Penertiban berlangsung lancar, dengan penduduk yang memiliki KTP DKI bersedia dipindahkan ke rusunawa Marunda dan Pulogebang atau dipulangkan ke daerah asal.
Setelah Kalijodo ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berencana membangun kembali kawasan Kalijodo dengan bekerja sama oleh pengembang swasta untuk mengerjakan beberapa proyek di Kalijodo.
Salah satu sasaran pembangunan Ahok di Kalijodo adalah pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau.
– Kalijodi di Masa Daeng Azis
Sejak Kalijodo di bawah kendali Daeng Azis pada tahun 2004, praktek-praktek
prostitusi menjadi hal yang sering ditemukan di kawasan Kalijodo.
Selain bisnis prostitusi, Daeng Azis juga menjadikan Kalijodo sebagai kawasan Perjudian dimana Daeng Azis merupakan salah satu penguasa bisnis tersebut.
Daeng Aziz juga punya peran sentral sebagai penyuplai minuman keras ke Cafe-cafe di kawasan Kalijodo.
– Kerjasama Pemda DKI Jakarta dengan Daeng Jamal
Sebagai penanggung Jawab Pengelola Kalijodo, Daenng Jamal kemudian melakukan kesepakatan kerjasama dengan pihak Pemerintah DKI Jakarta
dan juga pihak aparat kepolisian. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari menjaga
kondusifitas dan ketertiban warga di Kawasan Kalijodo.
– Aktivitas Kawasan Kalijodo di Masa Daeng Jamal
Sejak Kalijodo dialihfungsikan pada tahun 2014, aktivitas Kawasan Kalijodo
berubah dari aktivitas prostitusi, peredaran Miras hingga judi online berubah menjadi aktivitas kreasi yang bernilai positif seperti Festival Budaya, lomba kreasi setiap perayaan hari Kenegaraan (17 Agustus dan lain-lain), perayaan hari raya dan sebagainya.
Di masa Daeng Jamal, masyarakat Kalijodo diberdayakan dengan aktivitas positif dimana warga mendapatkan pembinaan baik dalam hal pendidikan maupun pelatihan-pelatihan.
Berdayakan UMKM di kawasan RTH Kalijodo sehingga terdapat perputaran roda ekonomi di kawasan Kalijodo.
– Upaya Mediasi Semua Pihak
Dalam beberapa hari terakhir, ada upaya dari pihak Daeng Azis untuk menguasai
kembali kawasan Kalijodo. Hal tersebut dibuktikan dengan maraknya aktivitas
orang-orang atau loyalis dari Daeng Azis yang senantiasa memancing keributan
di Kawasan Kalijodo.
Menggerakkan sekelompok massa dengan membawa senjata tajam di Kawasan Kalijodo.
Pihak Dinas perhubungan DKI Jakarta telah berupaya melakukan mediasi dengan Pihak Daeng Jamal dengan pihak Daeng Azis.
Pihak Daeng Jamal bersedia untuk
dimediasi namun dari pihak Daeng Azis tidak merespon hal tersebut.
(Jurnalis Enews: Angki Perdana)