ENEWSINDONESIA.COM, PARIMO – Pandemi Covid-19 yang berlangsung kurang lebih 2 tahun terakhir memang telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan. Tak terkecuali sektor kesenian. Akan tetapi di balik dampak seriusnya yang serba menyulitkan, situasi pandemi justru menguatkan masyarakat. Bagai bara api, pandemi memantik gairah generasi muda untuk menjaga eksistensi seni sekaligus menyalakannya lewat sentuhan-sentuhan kreatif.
Iringan gamelan berpadu angklung dan beberapa alat musik kekinian mengalunkan nada bernuansa semangat di bawah rimbunnya pohon daun kayu Eboni di pelataran pendopo Desa Torono, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah yang menjadi lokasi pagelaran Kuda Lumping tak menyurutkan semangat remaja untuk menampilkan gerak-gerak khas kesenian Kuda Lumping di hadapan para penonton yang mengelilinginya.
Suasana kian hidup ketika cahaya matahari mulai menerobos sela-sela dedaunan yang menerangi area pertunjukan. Beberapa warga mengenakan masker tampak fokus merekam menggunakan telepon genggam. Sebagian lain menyaksikan dari kedai-kedai sederhana sembari mencicipi ragam kuliner tradisional. Anak-anak didampingi orang tuanya asyik bermain dan menikmati nuansa tradisional yang kini jarang dijumpai. Pemandangan itu terjadi pada Sabtu (01/01/2022).
Pemerintah Desa sengaja menyuguhkan hiburan Kuda Lumping yang digawangi para pemuda Desa Torono Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong.
Tidak hanya penonton, sejumlah anak-anak yang turut tampil menarikan Kuda Lumping pun senang.
“Kami sangat senang dengan adanya pagelaran ini sehingga bisa mentas dilihat penonton secara langsung,” kata Titin Rahayu (51), yang dipercaya menjadi Ketua Paguyuban “Putra Pertiwi”.
Usia paguyuban Putra Pertiwi ini memang sudah lama eksis sejak tahun 1997. Menurut Titin, lahirnya paguyuban kesenian ini dilatarbelakangi oleh kerinduan sekelompok pemuda saat itu untuk melestarikan budaya kuda lumping ini.
Berbekal bimbingan dari sejumlah sesepuh pegiat kesenian tradisional di Desa mereka pun menyatu dan sepakat membuat paguyuban.
“Semua anggota paguyuban adalah masyarakat Desa Torono dan ini menjadi ekspresi kerinduan kami terhadap kesenian Kuda Lumping,’ lanjutnya.
Saat ini, sudah puluhan orang terlibat, mulai tingkatan SMU hingga dewasa. Ada yang jadi penari, pengrawit, penyanyi, hingga pendukung pentas.
Sementara itu, Kepala Desa Torono Saad Wijaya mengatakan tidak mudah memang mengadakan kesenian pada masa pandemi yang belum berakhir saat ini. Banyak kendala dan keterbatasan. Namun berbekal tekad yang sama, semua dapat dilalui. Saat pentas misalnya, Mereka memiliki strategi khusus yakni dengan menerapkan protokol kesehatan 5M. Semua anggota juga berupaya menerapkan protokoler kesehatan.
“Insya-Allah dengan pegelaran ini masyarakat semakin semangat untuk melestarikan dan membudayakan kesenian ini, khususnya di desa Torono,” ucap Saat Wijaya.
Melihat tampilan hari ini Kepala Desa optimistis dapat berkembang. Mereka telah memiliki mental yang baik untuk tampil di muka umum. Para pemain juga mampu memukau penonton dengan tampilan koreografi hasil garapan mereka mandiri.
Nampak hadir dalam pegelaran budaya tersebut Kasi Trantib Kecamatan Sausu Mulyono,ST dan Pendamping Desa Heri Sandi ST serta perangkat desa dan masyarakat.
Reporter/Penulis: Ari Safrul