ENEWSINDONESIA.COM, SULBAR – Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Provinsi Sulawesi Barat mengikuti Pelaksanaan asistensi dan verifikasi rancangan akhir renja dan program prioritas Organisasi Daerah (OPD) Tahun 2022 Ruang rapat Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Barat, Selasa (15/6/2021).
Kepala Dinas PMD, Muh Jaun menyampaikan pada pertemuan itu, angka persentase program Mandiri, Cerdas dan Sehat (MARASA) Desa tertinggal dan Desa sangat tertinggal pada tahun 2019 Program MARASA itu mencapai sekitar 76 persen dan di Tahun 2021 tersisa di angka 46 persen dan target kita diakhir tahun 2022 itu 30 persen.
Kontribusi Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Marasa tahun 2019 mengintervensi 72 desa, tahun 2020 sebanyak 190 Desa dan tahun 2021 kami mengusul sebanyak 200 desa tapi di setujui hanya 43 Desa tapi ditambah 73 Kelurahan. Muda-mudahan target 30 persen itu bisa kita lampaui atau sekitar 28 persen. Di data terakhir ada 12 Desa sudah berubah status sangat tertinggal menjadi tertinggal dan ada 24 status desa dari desa tertinggal menjadi berkembang.
“Program MARASA ini merupakan Program kita bersama dan bukan hanya di Dinas PMD saja, agar capaian untuk menyentuh seluruh desa dapat kita capai,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Bidang Pengembangan Usaha Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PUE-PMD), Sofyan mengatakan, salah satu program prioritas pemerintah provinsi adalah program MARASA yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan berbasis kemandirian desa.
“Kami di Dinas PMD, berorientasi bagaimana menyelesaikan kondisi desa yang tertinggal dan sangat tertinggal, jumlah kondisi desa tertinggal itu berada pada angka 421 dari 575 desa yang ada di Sulbar. Sehingga Program MARASA ini dicetuskan sebagai program untuk bisa mengubah dari angka tertinggal itu,” ungkapnya.
Pada tahun 2020 kemarin, kita sudah menyentuh 190 desa lokus yang tersebar di enam kabupaten di Sulbar, hasil terakhir Indeks Desa Membangun itu berada pada angka 48 persen.
“Jadi ketika kita merujuk target RPJMD kita memang masih tertinggal sekitar 2 persen, karena ada sekitar 48 persen desa yang tertinggal dan sangat tertinggal. Tetapi ketika kita berbicara angka persen sejak 2019 yang berada pada angka 76 persen dan saat ini kita berada pada angka 48 persen, saya kira itu hal yang sangat luar biasa karena kita bisa menurunkan hingga 42 persen dari 76 ke 48 persen,” ujarnya.
Lebih lanjut Sofyan menyampaikan, untuk bisa mencapai angka 30 persen, memang sangat dibutuhkan kerja keras. Untuk tahun ini ada 43 desa lokus yang tersebar di empat kabupaten yaitu Polman, Mamasa, Majene dan Mamuju. Untuk mencapai 30 persen, kita bisa mengoptimalkan Dana Desa dengan memberikan pelajaran program Marasa.
“Jika kiranya bisa disupport dari OPD lain saya kira kita bisa mencapai target 30 persen itu, meskipun dengan kerja karas tapi tidak ada yang tidak mungkin demi kemajuan daerah kita,” tutupnya. (*)