Bone  

Setelah Hervina Muncul Rosidah, Guru Honorer yang Ungkap Kejanggalan di SD/SMP Satap Desa Sadar, Bone

ENEWSINDONESIA.COM, BONE – Setelah Hervina, guru honorer yang diberhentikan via whatsapp, kini kembali terungkap guru honorer lain yang menceritakan kisahnya kepada enewsindonesia.com.

 

banner 728x250

 


 

Rosidah (27) warga Lakariki, Desa Sadar, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) adalah guru honorer yang di tempatkan di sekolah satu atap dengan tempat mengajar Hervina yang di ketahui sebelumnya viral karena di berhentikan oleh suami kepala sekolah.

 

Bila Hervina mengajar di SD 169 Sadar, Rosidah mengajar di SMPN Satu Atap (SATAP) 3 Tellulimpoe (SD dan SMP berlokasi ditempat yang sama/satu atap).

 

H Jumran, merupakan Kepala Sekolah SMPN 3 Tellu Limpoe tersebut adalah suami ibu Kepala Sekolah SD 169 Sadar atau dengan kata lain bahwa 2 sekolah dalam satu lokasi di kepalai oleh suami dan istri.

 

Rosidah yang diberhentikan pada tahun 2019 lalu ini mengungkapkan semua yang dialaminya kepada enewsindonesia.com.

 

“Dulu sekitar tahun 2012 itu saya lulus SMA sekitar bulan 7 dan saya nganggur untuk saat itu, saat itu nama saya masuk disekolah di ajak sama pak haji mengajar di sekolah 2012, sambil kuliah saya mengajar. Trus eee 2016 itu saya ke Makassar dan menetap urus kuliah saya karena sudah semester akhir, saya tidak masuk mengajar, saya menetap di Makassar sambil cari pekerjaan sampingan, tapi saya tidak pernah lost kontek (tidak pernah kehilangan kontak) sama pak aji, bu aji,” beber Rosidah kepada enewsindonesia.com

 

“Data saya tetap di aktifkan katanya itu kalau ada dia minta tetap saya kirimkan baik email, baik berkas-berkas. Karena katanya data saya masih tetap aktif. Terus pada tahun 2018 itu pak Aji (Kepala Sekolah SMPN 3 Tellu Limpoe) mengirimkan saya melalui Whatsapp, SK DINAS, katanya nama saya bagus, aktif terus jadi diterbitkan SK Dinas dan di kasi kesempatan untuk kembali mengajar kalau tetap mau, tapi saya bilang saya tidak bisa karena saya samping-sampingan disini (Makassar),” ungkap Rosidah.

 

“Dia bilang tidak apa-apa, itu bisa satu kali satu minggu, dia menempatkan saya di SMP nya itu 2018. Terus dia menelpon saya dari kemarin-kemarinji tapi saya bilang saya lagi sibuk, terus dia menelpon saya pada jam kerja terus saya menjawab nanti pulang kerja saya telpon balik, tapi pada saat itu saya tidak telpon balik,” jelasnya.

 

“Pada jam 1 malam tanggal 13 Desember 2018 saya ditelpon oleh pak aji Jumran begini: Rosidah sekarang dana terpencil (insentif guru honor husus daerah terpencil) akan dicairkan itu sebanyak Rp 6000.000 (6 juta rupiah) syaratnya harus punya tabungan Bank Sulselbar, saya bilang bagaimana kelanjutannya? Nama saya kan sudah tidak aktif, dia bilang tetap akan di aktifkan dia bilang begitu, trus dia bilang saya kasi kamu kesempatan naik (ke Bone) bikin buku rekening saja tapi harus bank Sulselbar dan harus di Bone. Jadi saya berfikir malam itu bagaimana ini na sudah jam 1, tapi pak aji sendiri telponkanka itu mobilnya Fajar Makassar sama dia kasika nomor telpon. Dia suruh jemput saya ke Bone, jadi saya ke Bonemi jam 1, pagi saya sampai,” lanjut Rosidah via Voice Note Whatsapp ke enewsindonesia.com, Senin (15/2/2021).

“Jadi pada malam itu saya berangkatama ke Bone, di temani Ibu Ria (atas perintah h Jumran) untuk bikin ini buku rekening, terus setelah dibikin (buku rekening), kami masing-masing pulang ke Makassar kembali,” tambahnya.

 

“Nah pada tanggal 9 Januari 2019 saya transfer di ibu aji, menelpon terus, tidak berhenti menelpon sampainya saya kirim semua itu uang, awalnya (sebelumnya) waktu saya sampai di rumahnya dia bilangji, “Rosidaahhh nanti kalau cair kamu tidak bisa terima semua”, saya bertanyami “kenapa ibu aji?” Karena kamu tidak aktif mengajar,” Rosidah melanjutkan sembari mengirim fito buku rekening dan beberapa bukti lain ke enewsindonesia.com.

 

“Terus dia mintami terus sampainya saya kirim, karena itu teman-teman datang semuami dirumahnya setelah cair itu, tapi saya ndak bisaka datang jadi dia telponka terus sampainya saya transfer ini barang, saya bilang berapa saya transfer bu aji? Dia bilang harus di transfer semua dulu, nanti di anukanki kalo di belakangnya, transfer semuami dulu, gampangmi itu diatur, jadi setelah saya transfer semua saya konfirmasimi, saya tanya bu aji kapan cair ini, karena saya pakai uang pribadiku naik, saya pakai uang pribadiku pulang terus saya ijin kerja otomatis gaji saya juga dipotong, saya bilang begitu. Itu alasannya tidak boleh dulu dicairkan, saya akan cairkan ketika kamu masuk di sekolah, dia bilang saya tunggu sampai februari 2019. Pada bulan itu (sesuai pembicaraan sebelumnya) saya pulangmi untuk mengajar, tiba-tiba dia bilang kamu tidak usah masuk, namamu sudah dihapus, begini, begini, terus dia bilang semua itu uang akan dikembalikan ke negara,” lanjut Rosidah kepada Enewsindonesia.com.

 

Kemudian Rosidah mempertanyakan kenapa hal ini ditangani oleh Kepala Sekolah SD (H Hamsina) padahal dirinya mengajar di SMP.

 

“Itu buku rekeningku dia minta, bu aji yang pegang buku rekeningku, yang bikin heran ibu aji kan bagian di SD, kenapa dia yang ambil alih, sedangkan saya kan di tempatkan di SMP, karena jurusan saya memang jurusan SMP dan yang ambil alih ini ibu aji, jadi buku rekening saya dipegang sama ibu aji sampai sekarang,” tambahnya.

Diketahui, 37 warga Desa Sadar Kecamatan Tellu Limpoe menandatangani petisi dan membawanya ke kantor DPRD Kabupaten Bone dan meminta Kepala Sekolah SD 169 Sadar untuk dicopot dari jabatannya.

 

“Terkait petisi tersebut (laporan warga Desa Sadar Hamsinah jarang masuk sekolah) kami akan tindak lanjuti. Kami akan sampaikan ke Inspektorat Daerah dan BPKSDM,” ujar Ketua DPRD Bone Irwandi Burhan di kantornya, Selasa (16/2/2021).

 

“Karena menyangkut soal pengangkatan dan pemberhentian Kepala Sekolah itu hak prerogratif dari Bupati, yang tentunya penilaiannya dari kedua instansi tadi,” lanjut Irwandi.

 

Pihak Enewsindonesia.com mencoba mengkonfirmasi hal ini ke Kepala Sekolah SD 169 Sadar (H Hamsina) dan Kepala Sekolah SMPN SATAP (Satu Atap) 3 Tellu Limpoe (H Jumran) pada pukul 19.57 Wita namun tidak mendapat respon sampai berita ini diterbitkan.(*)

  banner 728x250    

Respon (1)

Tinggalkan Balasan