ENEWSINDONESIA.COM, BONE – Pemerhati Seni dan Budaya Bone Sangdara (PSBB Sangdara) melakukan observasi budaya Mappadekko di Desa Pationgi, Kecamatan Patimpeng, Selasa (21/09/21).
Kunjungan observasi budaya dilakukan untuk lebih mengenal nilai-nilai tradisi ‘Mappadekko’ yang masih senantiasa dilaksanakan dan masih terjaga di masyarakat Patimpeng terkhusus di Desa Pationgi ini.
Mappadekko merupakan sebuah tradisi yang telah dilakukan turun temurun. Mappadekko bisa dikatakan sebagai pesta panen. Kegiatan ini diadakan pasca panen padi yaitu acara penumbukan gabah pada lesung dengan menggunakan alu. Di desa Pationgi sendiri tradisi ini telah dilaksanakan ± 33 tahun, dilaksanakan setiap tahun dan biasanya dilaksanakan sekitar bulan september atau oktober jika telah panen.
Fauzan Maruf, Ketua PSBB Sangdara menuturkan bahwa kegiatan ini dilakukan oleh anggota PSBB Sangdara agar lebih bisa mengenal budaya yang ada di Kabupaten Bone salah satunya Mapadekko yang telah menjadi tradisi masyarakat Desa Pationgi.
“Semoga budaya ini tetap bisa dilestarikan agar nilai-nilai budaya dalam tradisi ini tetap bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya, mengingat generasi sekarang mulai jarang yang mau belajar tentang budaya,” harapnya.
Muh. Tola, S.P, Kepala Desa Pationgi merespon positif kehadiran PSBB Sangdara yang antusias untuk mempelajari budaya yang dimana generasi muda sekarang jarang yang mau mengenal budayanya sendiri.
“Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan dalam menanam padi serta untuk mengingat para orang tua dahulu sebelum mengenal adanya pabrik beras, beras diproduksi dengan cara ditumbuk sehingga diharapkan dengan mapadekko agar masyarakat dapat mengingat kebiasaan orang dulu dalam mengolah padi. Sehingga dalam pelaksanaannya begitu banyak nilai yang terkandung seperti nilai religi sebagai ungkapan rasa syukur, nilai seni karna berkaitan pula dengan irama dan ada gerakan para pemain, serta nilai sosial yang memperjelas ikatan silaturahmi antar penduduknya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Sultan, Sekretaris Desa Pationgi yang turut hadir menyambut kedatangan anggota PSBB Sangdara mengungkapkan bahwa kegiatan mappaddekko ini sebagai sebuah simbol tanda kesyukuran warga desa atas selesainya masa panen.
“Tradisi ini sudah menjadi adat dari dahulu, kami selaku generasi, meneruskan budaya leluhur ini. Alhamdulillah masyarakat Pationgi juga masih sangat menjaga budaya ini, terlebih bagi generasi muda yang memiliki antusias untuk belajar menggunakan alat-alat mappadekko sehingga kita tidak akan lupa dan kehilangan budaya yang diwariskan oleh para pendahulu,” imbuhnya kepada Enewsindonesia.com.
Dalam melaksanakan acara ini dibutuhkan 7-9 orang baik pria atau wanita, kelompok tua atau muda yang memiliki peran masing-masing dalam mappadekko dan telah melaksanakan latihan. Peralatannya yaitu alu, lesung juga terkadang ada tambahan seperti bambu, gendang dan pattapi. Di dalam mappadekko ada acara khusus pula yang dirangkaikan seperti sebelumnya seperti kemah ± 1 minggu, mapadekko sendiri dilakukan di lapangan terbuka pada malam terakhir durasinya sekitar 30 menit. Selain itu ada mandre ade (Makan bersama dengan makanan khas/tradisional). Sejauh ini pelaksanaan acara ini senantiasa berjalan dengan lancar.
Penulis/Reporter: Andi Akbar