Oleh Rusdiyah SKM,M.Kes, Ph.D
Dosen Universitas Aufa Royhan
ENEWSINDONESIA.COM, KESEHATAN – Di musim pancaroba seperti sekarang ini, berbagai macam penyakit mulai bermunculan. Selain gempuran penyakit Covid-19 dengan berbagai variannya, salah satu penyakit yang masih menjadi masalah bukan hanya di perkotaan tapi juga di pedesaan adalah Demam Berdarah Dengue (DBD).
Laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan bahwa jumlah kasus DBD kumulatif tercatat sebanyak 13.776 kasus DBD hingga 20 Februari 2022. Sementara jumlah kematian akibat DBD sebanyak 145 kasus.
Di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri, kasus DBD hampir ditemukan setiap tahunnya dan cenderung mengalami peningkatan di beberapa kabupaten/kota. Tercatat sebagian besar penderita Demam Berdarah Dengue adalah anak-anak dibandingkan orang dewasa. Peningkatan kasus demam berdarah semakin bertambah seiring dengan perubahan cuaca yang tidak menentu .
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus melalui perantaraan vektor nyamuk. Spesies Aedes sp baik itu Aedes Aegypti dan juga Aedes albopictus merupakan vektor dari penyakit ini. Nyamuk ini memiliki ciri-ciri yang sangat khas yaitu dengan belang-belang putih pada seluruh tubuhnya. Nyamuk Aedes sp beristirahat di tempat-tempat gelap dan mencari makan dengan menghisap darah pada pagi atau siang hari. Menempatkan telurnya pada tempat-tempat yang memiliki dinding.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi penyakit DBD ini, Salah satunya yaitu dengan cara 3M Plus.
M yang pertama adalah menggosok dinding bak maupun penampungan air. Ini dimaksudkan agar telur-telur yang menempel pada dinding bak maupun bak penampung dapat terbuang karena pada kondisi kering telur nyamuk Aedes dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya.
M Kedua adalah Menutup rapat tempat-tempat penampungan air maupun mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menampung air dengan tujuan agar nyamuk dewasa tidak datang untuk meletakkan telurnya di tempat tersebut.
Selanjutnya Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang dapat menampung air hujan sehingga dapat bernilai ekonomi dan mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk. Plus-nya adalah upaya pencegahan yang lain seperti memelihara ikan pemakan jentik, memakai kawat kasa pada jendela, penggunaan obat anti nyamuk dan upaya pengelolaan lingkungan.
Beberapa penelitian juga terus dilakukan untuk mengurangi kasus DBD. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Universitas Gajah Mada Indonesia melalui upaya penyebaran nyamuk wolbachia dewasa beserta telur nyamuk berwolbachia di kabupaten Bantul. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi nyamuk penyebab DBD di alam.
Dari hasil ujicoba di lapangan ditemukan penurunan kasus DBD di daerah yang disebar nyamuk berwolbachia. Diharapkan nantinya dengan penelitian ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia sehingga tdk ada lagi peningkatan kasus DBD setiap tahunnya.
BONE, Ahad 6/3/2022