ENEWSINDONESIA.COM, BONE ▪︎ Camat Tanete Riattang Timur Andi Muhammad Iqbal Walino merespon pemberitaan penataan Pasar Bajoe yang amburadul dan pengelolaan yang hancur.
Ia mengaku pihaknya telah menugaskan Lurah Bajoe dan Kasi Pelayanan Umum Kecamatan Tanete Riattang Timur untuk turun langsung ke lokasi Pasar Bajoe sekaligus ketemu dengan Kepala Pasar Bajoe.
Andi Ikbal menjelaskan, pengelolaan Pasar Bajoe dilaksanakan oleh Dinas Perdangan Kabupaten Bone.
“Namun tetap menjadi tanggung jawab kami di kewilayahan,” ucapnya melalyi pesan tertulisnya kepada Enewsindonesia.com, Kamis (30/5/2024).
Terkait semrawutnya penataan pedangang dan area parkir Pasar Bajoe diakibatkan penjual ikan tidak ingin masuk berjualan di area kios ikan yang telah disediakan.
“Pada akhir tahun 2023 setelah kami laporkan kepada Bapak Pj. Bupati Bone, beliau langsung menginstruksikan untuk segera dilakukan pembenahan penataan pedangang melalui menyediakan lokasi di belakang pasar khusus penjual ikan, lalu pedagan sayur dan lain-lain masuk di lokasi dalam pasar, serta memfungsikan kembali kios-kios,” jelasnya.
“Alhamdulillah untuk lokasi pedagan ikan sudah disiapkan di bagian belakang pasar, sisa dilakukan cor untuk kenyamanan berjualan,” samvungnya.
Ia menegaskan, setelah pedagang ikan, sayur dan lainnya telah pindah pada tempatnya, tak ada lagi yang boleh berjualan di bahu jalan.
Lebih jauh Ikbal menjelaskan, terkait iuran, belum ada laporan jelas yang disampaikan ke pihaknya sampai saat ini.
“Namun saya dengar para pedagang tetap membeli air tawar untuk digunakan berjualan dan bersih-bersih. Sehingga kami mengharapkan dapat dilakukan pembangunan sumur bor yang dapat digunakan seluruh pedagang,” imbuhnya.
Menurut Ikbal, terkait adanya pungli di Pasar Bajoe, itu tidak betul. Karena informasi yang disampaikan, para pedagang dan pihak pengelola pasar dalam hal ini Dinas Perdagangan selalu berkoordinasi terkait seluruh kebijakan pengelolaan Pasar.
Pernyataan Warga Bajoe
Sementara, pernyataan terbaru salah seorang warga di sekitar Pasar Bajoe bernama Cece mengungkapkan, nasib tukang sapu (petugas kebersihan) digaji cuma Rp 25 ribu perhari, padahal luas pasar ada sekitar 2 hektar.
“Setengah mati tukang sapu, bertahun-tahun bekerja sulit naik gaji, saat tukang sapu minta dinaikkan gaji, Pengawas Pasar (Ibu Eni) marah-marah, katanya tidak bisa gaji dinaikkan karena ada banyak bos yang mau dibayar. Kebetulan tanteku yang jadi tukang sapu,” ungkapnya kepada Enewsindonesia.com, Jumat (31/5/2024).
“Pedagang bayar Rp 2000 uang kebersihan per hari, tukang sapu, masing-masing dibayar Rp 25 ribu per hari dengan jumlah 3 tukang sapu, adapun lebihnya itu iuran kebersihan, pengawas pasar semua yang ambil,” sebutnya.
Cece mengaku pernah menjadi petugas kebersihan di Pasar Bajoe namun berhenti karena gaji tak kunjung dinaikkan.
“Saya sendiri pernah jadi tukang sapu di Pasar Bajoe, tapi saya berhenti karena bos (Ibu Eni ) tidak mau kasi naik gaji padahal kami hanya meminta dinaikkan Rp 5 ribu rupiah saja,” katanya.
Lebih lanjut Cece menyampaikan, terkait masalah pungli, ia sebagai warga bajoe juga mengeluhkannya.
“Karena ada banyak orang-orang baru dan jadi jukir liar, tidak tahu asalnya dari mana dan uang hasil parkir yang mereka dapat, dimakan sendiri,” ungkapnya lagi.
Menurutnya, Pasar Bajoe itu luas, jadi beberapa pihak leluasa untuk pungli karena banyaknya pintu keluar masuk.
“Banyak yang mengaku pegawai-pegawai pasar padahal tidak jelas asalnya dari mana dan uang yang mereka kumpulkan dinikmati sendiri. Bahkan terkadang para jukir liar ini memaksa minta uang parkir,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Pasar Bajoe, yang terletak di Kelurahan Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) dikeluhkan pedagang lantaran tata kelola yang amburadul.
Dalam pantauan Enewsindonesia.com pada Kamis (30/5/2024), area jalan yang mestinya dilalui kendaraan dijadikan tempat berjualan dan lahan parkir yang diduga tak resmi (pungli).