Oleh: Ahmad Zainuddin Tembong
Sekretaris Roemah Djoeang AIA Bone
Sebagai pendukung kemajuan daerah Bone, Sulawesi selatan, pembangunan menjadi pemicu dari segala aspek.
Lalu pertanyaannya, apa tolok ukur pembangunan di Kabupaten Bone yang menjadi acuan tingkat kemadirian daerah dan kesejahteraan masyarakat?
Sudah sampai dimana perluasan ekonomi di bone terjangkau menurut standar hidup layak?
Bagaimana dengan perluasan lapangan kerja dan arah pendidikan kita?
Hingga saat ini apa ikon sebenarnya di kabupaten bone yang menjadi standar untuk menilai sebuah kemajuan daerah?
Regional science yang menekankan analisa pada aspek social ekonomi dan geografi saja belum jelas dan regional planning yang menekankan analisa pada aspek tata ruang, land use serta perencanaan jangka panjang.
(1) What commodities shall be produced? Yakni barang apa sebenarnya yang diproduksi di kabupaten bone?
(2) For whom are goods to be produced? Untuk siapa pembagian hasil dari kegiatan memproduksi barang tersebut?
Dalam hal ini pemerintah Kabupaten Bone masih bertumpu pada titik ekonomi kota (Watampone) yang belum mampu meluas secara massif sampai ke seluruh wilayah. Itupun di kota masih terjadi beberapa kesenjangan yang hanya berputar-putar saja pada pekerjaan honorer, pegawai/karyawan, buruh, supir angkutan.
Standar pengurangan titik pengangguran pun tidak jelas, peningkatan UKM masih rendah dan tentunya penghasilan pegawai negeri pun masih menjadi keluhan seiring melonjaknya harga kebutuhan pokok.
Pemerintah Kabupaten Bone sudah selayaknya membuat terobosan yaitu membangun pabrik-pabrik yang mampu memproduksi barang dalam hal pertanian ataupun energi, menghidupkan pasar-pasar disetiap kecamatan dan mempermudah aktifitas UKM dalam daerah.
Problem yang terjadi saat ini adalah di daerah Bone utara, masyarakat di sana lebih memilih untuk membeli barang grosir pakaian sampai bahan pokok di sengkang Kabupaten Wajo. Belum lagi masyarakat yang berada di daerah Bone barat, mereka lebih memilih ke kota Makassar untuk membeli kebutuhan mereka dibanding harus ke kota Bone.
Selain dari itu, masyarakat Bone selatan, mereka setiap harinya memenuhi pasar-pasar Kabupaten Sinjai dibanding ke kota Bone. Jika merujuk pada kondisi tersebut, perputaran ekonomi di Bone menuai titik buntu.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, diperlukan pembangunan pasar modern yang standarnya sesuai dengan standar pasar kota sehinggga masyarakat Bone utara, barat dan selatan lebih memilih memenuhi kebutuhan mereka di pasar dalam daerah. Jika ekonomi masyarakat Bone merata, sudah jelas akan mengalami pertumbuhan.
Lalu kapan kita bisa melakukan pemerataan ekonomi?
Kapan pengangguran dan kemiskinan ditekan?
Ada suatu pandangan dari pemerintah daerah bahwa sangatlah sulit melakukan pemerataan ekonomi karena infrastruktur jalan kita belum memadai.
Lalu apakah menunggu infrastruktur bagus dulu baru ekonomi bisa tumbuh?
Jawabannya tidak.
Yang perlu dilakukan adalah menciptakan aktifitas ekonomi, jika aktifitas ekonomi tercipta maka investor akan dengan sendirinya masuk untuk memperbaiki infrastruktur jalan. Karena pada dasarnya bukanlah infrastruktur jalan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melainkan pertumbuhan ekonomilah yang mempengaruhi infrastruktur jalan.
Bukan lagi saatnya ekonomi kita ekonomi yang bergantung kepada kapital. Kita butuh pabrik-pabrik dan UKM yang berkembang pesat, kita butuh BUMD yang mandiri.
Kita butuh pemimpin daerah yang jiwa dan pikirannya untuk rakyat Bone, bukan malah memperluas jaringan kekeluargaan.
Intelektual agama kita dirasuki, sekolah-sekolah kita bukan lagi mencari ilmu tapi sebagai objek bisnis. Kebudayaan kita memperkaya kegiatan spiritual menjadi ajang mencari duit. Agama-agama pun sering menjadi objek cari duit ketimbang mencari rasa ketuhanan. Para pendakwah bersolek dalam kesolehan sosial tanpa tahu persoalan masyarakat miskin yang sesungguhnya.
Sebagai rakyat Bone, kita tidak boleh lagi mundur apalagi memiliki psikologi pecundang yang melahirkan pemikiran-pemikiran dan perbuatan pecundang. Ada kesempatan untuk bangkit kembali memetakan masalah kemiskinan dan kebodohan, membangkitkan kesadaran ekonomi gotong royong seperti yang diajarkan oleh para nenek moyang kita. Sudah waktunya menyusun barisan dan membangun kekuasaan berdasarkan ide awal dimana alasan kenapa kerajaan Bone dulu lahir.
Bone, Senin (9/5/2022).