Penulis: Idham Suaibun,
Mahasiswa Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Pasifik Morotai (UNIPAS).
Bencana alam mengancam wilayah Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara. Secara geologi, wilayah ini merupakan daerah pertemuan tektonik yang sangat kompleks, dibangun oleh interkasi antara sub lempeng Filipina di Utara, lempeng Pasifik di timur, Lempeng Eurasia di bagian barat dan Lempeng Indo-Australia di bagian selatan.
Kedua lempeng ini memiliki gerakan rata-rata 12 cm per tahun dan lempeng laut. Sehingga bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi akibat patahan dua lempeng tersebut dapat saja terjadi dan berimbas pada daratan wilayah pulau Morotai, kondisi laut pun sangat terancam bagi nelayan.
Nelayan butuh dilayani dengan kondisi musim hujan dan gelombang. hal ini saat pergantian tahun, selalu saja terjadi musim angin, gempa bumi dan gelombangan yang membuat nelayan tidak berdaya untuk melaut dikarenakan beberapa foktor sering menghambat aktifitas melaut pertama, kapasitas bodi atau fiber pilang tinggi 1,5 gt dan lainnya perahu tradisional (kentiting) yang tidak bisa menahan pukulan ombak di saat musim gelombanga tinggi.
Arah arus puls gelombang Provinsi Maluku Utara sangat berpotensi membahayakan bagi nelayan yang ingin melaut untuk wilayah Morotai di bibir Pasifiki adalah pulau yang paling terluar dan terdalam sehingga arah angin dan gelombang pasang surut Morotai memiliki Formzahl 0.45 berjenis campuran dominan tunggal dengan karakteristik dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu siklus pasang surut (24 jam 50 menit).
Di awal bulan januari 2023, sangat mengawatirkan bagi nelaya dan dibo-dibo karena aktifitas pendapatan ikan sangatlah minim. ini sanggat berpengaru disektor pertumbuhan ekonomi. hal ini selaras dengan salah satu filsuf dan ahli ekonomi Adam Smith dalam buku berjudul An Inquiry of Nations.
Dalam buku tersebut Adam Smith megatakan partumbuhan Ekonomi bertumpuk pada peningkatan populasi yang berdampak pada bertambanya ouput dan hasil. Tingginya jual beli ikan mengakibatkan pendapan sangatlah rendah di awal bulan Januari. Solusi dan kontrubusi dipertanyakan di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) sebagai wadah mengstabilkan tingginya harga ikan dan menambahkan kapasitas bodi atau fiber yang bisa menahan gelombang.
Olehnya itu keluhan nelayan kususnya Morotai Utara dan Jaya yang berada di kawasan laut lepas yang sering mengalami gelombangan tertinggi.
Gelombang laut telah menjadi perhatian utama dalam cacatan sejarah. Aristoteles (384-322 SM) mengamati hubungan atara angin dan gelombang. Namun, sampai sekarang, pengetahuan tentang mekanisme penbentukan gelombang dan bagimana gelombang berjalan di laut masih belum sempurna.
Ini sebagai pengamatan karasterstik gelombang di laut sulit dilakukan dan sebagian karena model matematika perilaku gelombang didasarkan pada dinamika fluida ideal, dan perairan tidak semuanya ideal.
Tujuan dari tulisan ini adalah cacatan garis besar dalam aspek kualitas dari gelombang laut dan penyelediki beberapa hubungan sederhana dari demensi gelombang dan karasteristinya.
Dalam pekan akhir tahun 2022, banyak fonomena yang terjadi di Maluku Utara yaitu hanyut seorang nelayan dibeberapa Kabupaten termaksut Kabupaten Pulau Morotai dan, Halteng yang sering mengalami kecelakan terhanyut oleh gelombang dan kapasitas bodi tidak mendukung sehinga mengalami kecelakan, untuk menghindari hal-hal yang buruk terjadi di tahun ini, meminta kepada pihak terkait agara bisa melihat fasilitas bodi (kapal) yang bisa menunjang bahaya dari kecelakan.
Untuk itu meningaktan produktifitas dalam kawasan maritim, Indonesia adalah salah satu Luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2 atau sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia, terdiri dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2 dan wilayah laut territorial 3,1 juta km2.
Luas wilayah perairan Indonesia tersebut telah diakui sebagai Wawasan Nusantara oleh itu wilayah Provinsi Maluku Utara memiliki wilayah pengelolaan laut seluas 88.506,85 Km² Di sisi lain, Kabupaten Pulau Morotai terletak berhadapan langsung di Samudera Pasifik dengan luas wilayah 4.301,53 km2 , dengan luas daratan seluas 2.330,60 km2 dan luas wilayah laut sejauh 4 mil seluas 1.970,93 km2 . Panjang garis pantai wilayah ini sejauh 311.217 km.
Jumlah pulau-pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Pulau Morotai berjumlah 33 pulau. Jumlah desa sebanyak 64 Desa yang ada di 5 Kecamatan, dimana 89% desa merupakan desa pantai (BPS Kab. Pulau Morotai, 2017). Sebagian wilayah desa pantai menyebabkan masyarakat yang menghuni daerah ini sangat rentan bila terjadi bencana abrasi, gelombang tinggi, gempa dan tsunami.
Menurut hasil kajian dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Maluku Utara bahwa sebagain besar wilayah Kabupaten Pulau Morotai memiliki kerentanan terhadap ancaman gempa dan tsunami.