UNESCO: Kesadaran Literasi di Indonesia No.2 Dari Bawah

Oleh: Muh dwi fitrah arfan

Makassar, Selasa (4/12/2021)



banner 728x250

Saya mau sharing mengenai Netizen, terkhusus pengguna Facebook pada fitur Marketplace atau ranah jual beli. Kesadaran akan Literasi / membaca huruf dan angka.

Dari data internet perihal ini sudah dipublikasikan oleh UNESCO bahwa masyarakat di Indonesia terendah ke 2 dari bawah soal literasi.

Pernyataan itu membuat kami tentunya sempat menyangkal, namun fakta yang kami temui di Media Sosial (Medos) memang mengesahkan peryataan dari UNESCO akan rendahnya minat literasi di kalangan masyarakat. Terutama Pegiat Media Sosial.

Kami pelaku bisnis online dibuat bingung serta sedih.

Mengapa demikian???

Hay Warga net!!!

Ini zaman percepatan, dimana-mana semua informasi serba cepat. Sepatutnya pengguna media sosial paham sebelum berkunjung ke forum perdagangan atau yang kami kenal Marketplace arau hal-hal yang berkaitan dengan harga.

Ironis nya, kok masih ada di antara warga net gagal paham terhadap deskripsi Iklan, seperti harga atau deskripsi yang tertera di Iklan.

Apakah karena Faktor kemalasan membaca yang menjadikannya Demikian?

Kami fikir mereka telah melewati pelajaran membaca angka di bangku sekolah dasar (SD). Menurut saya ini FATAL, karena Masih ada saja yang bertanya tentang harga produk.

Hey… Harga kami sudah cantumkan, kok masih nanya harga!

Mereka menggunakan Gadget yang hampir setiap hari mereka tatap bahkan data we are social menyatakan,

“Netizen Indonesia memliki kebiasaan menatap gadget kurang lebih 9 jam/hari.”

Jika 1 jam dari 9 jam itu tiap hari di gunakan untuk membaca, Insya Allah pasti mereka paham. ini bukan waktu yang sedikit untuk memahami deskripsi iklan atau pun bacaan berita dan lain-lain di medsos.

Bagaimana bisa masih banyak diantara mereka yang masih bertanya harga barang yang sudah tertera harganya di Iklan?

Apakah mereka berpura-pura tidak tahu atau sudah menjadi kebiasaan?

Di ruang lingkup online shope, untuk memastikan harga sebenarnya, saya fikir tidak demikian dengan menanyakan hal yang sudah tertera. Namun ini lebih ke rendahnya kualitas atau niat baca warga net!

Mengapa masih banyak kasus penipuan di media sosial?

Saya pikir ini erat kaitannya dengan minimnya minat baca warga net.
Tentu ini merugikan kami juga, karena maraknya kasus ini menurunkan kepercayaan terhadap Toko Online.

Indonesia salah satu negara komsumtif tertinggi tapi sangat disayangkan jika tidak dibarengi dengan manajemen dan literasi yang baik. Hal ini akan memicu efek pembodohan teknologi jaman sekarang. Mengikuti tren mesti diimbangi standar moral dan etika yang tinggi dari penggunanya.

Lantas bagaimana kita Memperbaiki itu semua?

Saya coba memberi saran untuk kembali memahami iklan, kadang mereka membalasnya dengan ocehan, bahwa kami ini mengucilkan mereka! Bahkan mereka acuhkan hal-hal yang mereka anggap biasa, namun impactnya sangat besar bagi keseharian warga net.



   

Tinggalkan Balasan