Oleh : Riskasari (Dosen Fisip Unismuh Makassar)
Pucuk mentari disambut riuh nyanyian si kecil
Tawa khas dengan mata berbinar, menitip harapan pada kekasih di Kota seberang
Gemuruh ombak melumat bibir pantai dg beringas,
MUAK harapan dicampakkan, hingga tak lagi mampu menyisakan jejak..
RINDU maupun BENCI
Laut biru menawan telah terenggut kesuciannya, dia ternoda dan tak lagi murni
Kini, tarian gemulai binatang kecil tak lagi nampak dalam perutnya.
Berganti tarian erotis dengan iringan musik disko di KOTA seberang
Rindu….
Rindu suara mikrofon yang nyaring dan LANTANG saat perebutan tahta di KOTA seberang
Kini,,,
Air bersih jadi impian,
Malam berebutan charger sembari menuggu listrik kembali mati suri
bibir pantai tak lagi ramah,
Ia merajuk…
hatinya terluka, perasannya terkoyak
memuntahkan racun dalam perutnya
menyisakan bangkai untuk sang kekasih yang amnesia
Bergemuruh…
ombak menggulung, menghentak bibir pantai
menyisir setiap sudut, menghapus jejak kekasih yg berhianat
Kekasih…
Rindu itu serak
Rindu kian redup dan perlahan padam lalu menghilang
Menolak lupa…
Kami datang membawa HARAPAN, pulang membawa PESAN,
Salam rindu dari anak pulau
Untuk sang kekasih di KOTA seberang.
(Coretan BAKSOS HUMANIERA Fisip Unismuh)