Enewsindonesia.com, Polman – Baru-baru ini sejumlah mahasiswa di Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat, menggelar aksi demonstran di depan kantor Bupat Polewali Mandar (2/7). Mereka menuntut Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Polman dr Andi Emy Purnama, dicopot dari jabatannya karena di nilai kurang maksimal dalam menagani pasien covid-19.
Setelah dikonfirmasi oleh pewarta Enewsindonesia.com, Andi Emy Purnama mengatakan, kami sudah bekerja sesuai jalur pelayanan kesehatan, hanya saja aksi demonstrasi tersebut langsung di laksanakan tanpa ada pertemuan secara kekeluargaaan terlebih dahulu dengan pihak RSUD Polewali.
“Sebaiknya adik-adik mahasiswa sebelum melakukan aksi demonstran, berinisiatif untuk menemui kami dulu, kita bisa bicara baik-baik, dan saya bisa menjelaskan kronologi kejadiannya seperti apa,” ungkap Andi Emy saat ditemui diruangan kerjanya kemarin, Selasa (7/7/2020).
Plt Direktur RSUD Polman, dr Andi Emy menjelaskan, pasien masuk ke RSUD Polewali dengan kehamilan 42 minggu dan kondisi itu sudah lewat bulan karena yang lazim terjadi ibu melahirkan di kehamilan 40 minggu.
“Beberapa jam di Rumah Sakit, proses kelahiran tidak kunjung tiba karena tidak ada kontraksi, sehingga pasien dianjurkan untuk dilakukan tindakan operasi. Saat hendak dioperasi, syarat masuk ICU RSUD Polewali, harus melakukan rapid test terlebih dahulu untuk keamanan petugas dan pasien di sekitarnya. Setelah dilakukan rapid tes, hasilnya ternyata reaktif sehingga harus dilanjutkan dengan swab tes, setelah selesai namun ibu menunjukkan positif terpapar Covid 19,” ujar dr Emy.
Ia pun menambahkan bahwa, RSUD Polman belum memiliki kamar operasi khusus untuk penanganan pasien covid, jadi dokter spesialisnya menganjurkan untuk dirujuk saja. setelah kami ingin merujuk pasien ke beberapa rumah sakit terdekat agar segera mendapat pelayanan, seperti RS Parepare dan RS Wahidin Makassar, namun pihak RS juga tidak bersedia menerima sebab alasan kamar isolasi juga penuh, akhirnya pasien di rujuk ke RS Regional Mamuju yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan yang ditunjuk oleh kementrian kesehatan RI untuk penanganan covid.
“Setelah dirujuk dan pasien tiba di Mamuju, ternyata rumah sakit juga belum siap untuk kamar operasi yang standar penanganan pasien Covid-19. Jadi pasien disuruh untuk memilih di operasi di ruang yang seadanya, yang tidak standar, namun pasien menolak dan meminta untuk dipulangkan kembali ke Polewali,” jelasnya.
Emy pun menyesalkan kejadian itu karena tidak memadainya pasilitas rumah sakit untuk pasian covid. Agar kejadian ini tidak terulang kembali ia menghimbau kepada seluruh rumah sakit yang ada di Sulbar terutama di RS Regional Mamuju agar segera menyiapkan sarana pelayanan Kesehatan.
Jika adik-adik mahasiswa menuntut saya untuk di copot dari jabatan sebagai Plt. Direktur RSUD Polman, kita serahkan kepada Pak Bupati karena dia adalah penentu kebijakan, apapun keputusannya saya terima karena jabatan itu adalah amanah dan titipan,” paparnya.
“Saya juga ini manusia biasa yang tak luput dari salah, dengan kejadian itu saya selaku Plt. Direktur RSUD meminta maaf kepada seluruh masyarakat Polewali Mandar terkhusus keluarga korban. Insya Allah kedepannya kami akan melakukan yang terbaik,” tutupnya. (Ald/AE)