Enewsindonesia.com, Mamuju – Musyawarah Daerah (Musda) III Partai Golkar usai dilaksanakan di Mamuju, Sabtu (18/7) kemarin. H. Aras Tammauni terpilih sebagai Ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Barat secara aklamasi untuk periode 2020-2025.
Kader muda Partai Golkar Polewali Mandar (Polman) Hasbi Rukman mengatakan, ini merupakan sejarah penting bagi Aras Tammauni sekaligus menunjukkan ia sosok yang makin diperhitungkan dalam kancah politik Sulbar. Dalam setiap pertarungan politik Aras selalu mencatat kemenangan.
“Saya selaku kader muda Partai Golkar, meneropong dan membuka jejak pertarungan H. Aras, sepertinya memang menggandrungi setiap pertarungan di Sulbar dan memiliki hobi menang. Ya memang sepertinya H. Aras ini memang hobinya menang. Kenapa saya sampaikan seperti itu, karena terbukti beliau berhasil mendudukkan anak-anaknya lolos ke parlemen, baik pusat ataupun daerah,” ungkap Hasbi Rukman sambil tertawa saat diwawancarai, Minggu (19/7/2020).
Hasbi menyakini kepemimpinan Aras, akan mampu mengembalikan kejayaan Partai Golkar di Sulbar setelah dipimpin mantan Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh (AAS). Dengan alasan itulah Golkar ke depan dapat mendudukan kadernya kembali menjadi Gubernur Sulbar.
“Saya meyakini, terpilihnya nakhoda baru DPD Golkar Sulbar akan mampu membawa Golkar semakin berjaya dan dapat mengayomi semua kader yang ada, sehingga dapat menambah semangat kami dalam berpartai,” ujar Hasbi.
Meskipun sempat terjadi riak karena banyak yang menganggap bahwa pertarungan akan sengit karena Musda ke III ini akan diikuti Bupati Polman dua periode yang cukup dipertimbangkan dalam kancah politik Sulbar. Namun hal itu tidak terjadi, Aras bahkan mendulang aklamasi.
Terpilihnya H. Aras Tammauni secara aklamasi merupakan bukti kader Golkar telah bersatu. Itu terlihat pada acara Musda yang diselenggarakan di Ballroom Grend Hotel D’Maleo Mamuju.
“Memilih pimpinan secara aklamasi dalam organisasi merupakan keputusan yang tepat dalam mengeliminasi setiap perbedaan, karena di khawatirkan jika dilakukan pemilihan akan terjadi sekat di beberapa kelompok. Sehingga bisa menjadi embrio ketidakkompakan yang mengganggu solidaritas berpartai,” pungkasnya. (HW)
[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Versi Suara”]