ENEWSINDONESIA.COM, BONE – Detonator atau sering disebut Blasting Cap atau tutup peledakan adalah perangkat yang digunakan untuk memicu bahan peledak. Detonator dapat dimulai secara kimiawi, mekanis, atau elektrik, dua yang terakhir adalah yang paling umum. Detonator digunakan oleh militer dan pertambangan.
Meski bentuknya mungil seperti cabai rawit, ternyata di baliknya mengandung kekuatan daya ledak luar biasa.
“Satu Detonator ini bisa meledakkan Polres,” ungkap Kapolres Bone AKBP Ardiansyah saat menggelar jumpa pers di Aula Polres Bone terkait pengungkapan kasus jual beli detonator, Selasa (16/8/2022).
Pemicu awal dari detonator berupa letupan yang akan merangsang bahan peledak untuk meledak. Biasanya detonator berada di dalam alat peledak, contohnya bom.
“Waktu kecil saya pernah melihat rumah meledak di kampung saya (Sibulu’e) gara – gara benda sekecil ini,” papar Ardiansyah.
Detonator terbagi ke dalam beberapa jenis. Di antaranya detonator biasa, detonator listrik dan detonator nonel.
Detonantor biasa yang proses penyalaannya melalui api atau panas, kemudian dihantarkan melalui sumbu bakar. Detonator biasa selalu digunakan bersama sumbu bakar.
“Karena itulah, kenapa hal ini sangat dilarang, apalagi jika sampai dikuasai oleh organisasi tertentu,” tuturnya.
Sekedar informasi, satu orang warga Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan berinisial AM (40) diamankan polisi karena memperjual belikan bahan peledak detonator tersebut.
“Dia membeli dari Porivinsi Kalimantan Timur kemudian diperjual belikan di Bone. Tersangka diancam penjara seumur hidup dan maksimal hukuman mati,” pungkasnya.
Diketahui, kepemilikan detonator/bahan peledak, melanggar Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dan dijerat Pasal 1 ayat 1 dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati atau penjara seumur hidup.
