ENEWSINDONESIA.COM, BONE ▪︎ Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), kasus Human Immunodeficyliency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) pada 2020 sebanyak 1.517 kasus, yang kemudian terjadi peningkatan menjadi 1.881 kasus dan meningkat drastis hingga menembus angka 2.575 kasus di 2023.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Rosmini Pandin beberapa waktu lalu, tingginya kasus HIV dan AIDS membuktikan kinerja tenaga kesehatan di tingkat dasar seperti Puskesmas cukup baik dalam melakukan skrining kepada masyarakat, khususnya pada kelompok berisiko.
Tingginya angka HIV dan AIDS dinilai kerja kolaborasi antar daerah, Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) yang dikumpulkan di Dinas Kesehatan untuk selanjutnya mengirim tim edukator dalam meningkatkan skrining di lapangan.
“Itu sudah kita lakukan di Sinjai dan Bone, hasilnya signifikan. Kita sudah melatih kemarin 250 orang sebagai tim skrining, jadi harusnya saat ditemukan kasus, terus diobati kemudian dituntaskan,” kata Rosmini, Selasa 6 Juni 2024 silam.
Sementara, data terbaru di Kabupaten Bone, dilaporkan penyebaran kasus HIV dan AIDS didominasi oleh hubungan sesama jenis alias Gay.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Dinas Kesehatan Bone, drg Yusuf usai menggelar dialog bersama Bahaya Narkoba Terhadap Perkembangan HIV/AIDS pada Kamis 18 April 2024 kemarin.
Yusuf mengungkapkan pihaknya sejauh ini telah mendata sebanyak 95 Orang Dengan HIV-Aids (ODHA) dimana kasus ini sebagian besar terjadi akibat adanya hubungan sesama jenis.
“Itu artinya dari tahun ke tahun, kita selalu menemukan angka sampai lebih tinggi dan itu datang dari kelompok Waria (Wanita-Pria), kelompok PSK, ada dari kelompok umum, dan dominan itu lelaki suka lelaki (gay),” ujarnya.
Menurut Yusuf, temuan kasus ini hanya merupakan sedikit dari banyaknya kasus HIV di Bone, dimana ia mengibaratkan kasusnya seperti fenomena gunung es.
Yusuf mengatakan sosialisasi terkait bahaya HIV ini terus digencarkan pihaknya, menyusul tingginya kasus ini. Sosialisasi dilakukan ke sekolah, kampus hingga masyarakat secara langsung.
“Kita juga ke Puskesmas termasuk bagaimana meningkatkan data screening, ke 38 puskesmas, walaupun sekarang fasilitas yang bisa lakukan screening baru 20,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Umum Relawan Kesehatan Indonesia Bone, Fatmawati AMAK juga mengakui banyaknya kasus HIV di Bone. Bahkan pihaknya selalu menemukan 2 sampai 3 kasus saat menggelar program donor darah.
“Saya kan juga kerja di penyaringan darah, transfusi darah, hampir tiap bulan saya dapat, selalu terjadi peningkatan, kita dapat dua sampai tiga (kasus),” ujarnya ditemui terpisah, Jumat (19/4/2024).
Dia mengatakan selain faktor hubungan sesama jenis, narkoba kata dia juga menjadi salah satu penyebab penyebaran HIV ini terjadi, dimana ada penukaran jarum suntik yang tidak steril antar pengguna.
Kemudian penyebaran juga marak terdata akibat pergaulan bebas di Bone, seperti melalui PSK hingga hubungan di luar nikah yang tidak aman. Bahkan kata dia rata-rata kasus temuan adalah dari kalangan produktif.
“Itu ada bahkan yang umur 21 tahun, sangat miris sekali, karena faktornya pergaulan bebas, masih muda,” tutupnya.
Diketahui, HIV adalah virus yang masuk ke dalam tubuh dan melemahkan sistem kekebalan yang jika terus memburuk akan membawa pengidap HIV pada kondisi AIDS yakni kondisi hilangnya sistem pertahanan tubuh. Sehingga semua jenis infeksi dapat masuk dan akhirnya mengakibatkan kematian.