Penampilan Tari Pajjoge Angkong di Gelaran PKD di Bone

Foto: Penampilan Tari Pajjoge Angkong di gelaran Pekan Budaya Daerah di Alun-alun Kota Watampone.

ENEWS BONE ▪︎ Tari Pajoge, biasanya ditampilkan dalam istana atau kediaman kalangan bangsawan Suku Bugis oleh gadis yang berasal dari kalangan rakyat biasa.

Pada mulanya tarian ini hanya merupakan hiburan bagi kaum lelaki. Para penonton, biasanya dari kalangan bangsawan, duduk dalam lingkaran.



Para penari menari melingkar. Setiap penari menari seorang diri sambil menyanyi dan mencari pasangannya di antara penonton. Lalu dia akan memberi daun sirih kepada lelaki yang sudah dipilihnya. Lelaki tersebut akan menari dengan sang gadis.

Menurut sejarahnya, tarian ini sudah ada sejak zaman kerajaan Bone yang diperkirakan sejak abad ke VII. Namun bisa dipastikan jika raja Bone ke-31 Lapawawoi Karaeng Sigeri sangat menyukai tarian Pajoge ini yang terus dilestarikan oleh keturunannya.

Tari Pajjoge juga terbagi dua, yakni Pajjoge Makkunrai (diperankan oleh perempuan) dan Pajjoge Angkong (diperankan oleh waria).

Dikutip dari berbagai sumber, Pajoge Angkong di Kabupaten Bone lahir pada
abad ke-19, pada masa pemerintahan Raja Bone ke-32, yaitu La Mappanyukki Datu Lolo Ri Suppa.

Pada pertengahan abad ke-19 yaitu pada tahun 1830-an Pajoge Angkong mengalami puncak kejayaan, kala itu Raja Bone yang ke-32 Andi Mappanyukki mengundang dan meminta Pajoge Angkong untuk mengadakan pertunjukan pada acara Aqikah putranya.

Alasan raja memilih Pajoge Angkong karena hampir setiap malam sang raja bermimpi melihat Pajoge Angkong.

Pertunjukan Pajoge Angkong yang pertama di Kota Watampone, kala itu seorang penari memakai tujuh lapis Baju Bodo, angka tujuh yang dimaksudkan bermakna Pitu Walli (tujuh wali), Pitu Lapi Langi (tujuh lapis langit), Pitu Lapi Tana (tujuh lapis tanah).

Seiring waktu berjalan, Pajoge
Angkong sudah mengadakan pertunjukan lintas kabupaten.

Sejak saat itulah kesenian Pajoge Angkong menyebar ke Kabupaten-kabupaten selain Kabupaten Bone, seperti Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Pinrang bahkan sampai di Kabupaten Buton.

Pajoge Angkong lahir dari pemikiran
para calabai (waria) pada masa itu, pemikiran untuk menciptakan tarian Pajoge Angkong mulanya disebabkan ketika mereka sering menyaksikan pertunjukan Sere Bissu, akan tetapi mereka mengembangkan gerakan tari
Sere Bissu, dikatakanlah gerakan mereka sebagai gerakan Mallebbang Sere berarti memperluas (mengembangkan) gerakan.

Penari Pajoge Angkong sebenarnya menari untuk merayu penonton yang datang. Adapun jumlah penari juga tidak menentu yang pasti berjumlah genap.

Tari Pajjoge Angkong kembali ditampilkan  pada gelaran Pekan Budaya Daerah di alun-alun Kota Watampone yang digelar oleh Aliansi Pemuda Pegiat Budaya (APPB).

Penampilan Pajjoge Angkong ditampilkan di hari kedua gelaran tersebut yakni pada Rabu 12 Juni 2024.

“Tujuan kami menampilkan kembali Tari Pajoge Angkong agar seni budaya ini tidak tegerus oleh zaman,” kata Koordinator APPB, Saktiawan kepada Enewsindonesia.com, Kamis 13 Juni 2024. (*)



 

Tinggalkan Balasan