ENEWS BONE •• Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah, yang mana tanggal 1 Muharam merupakan Tahun Baru dalam agama Islam.
Jika mayoritas kaum muslimin di Indonesia menggelar acara pada awal Muharram dengan zikiran, pawai obor dan semacamnya, maka lain pula tradisi yang dilakukan warga Desa Bulumpare Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Tradisi ‘Mattemmu Taung’ dilakukan, Kamis malam, 10 Agustus 2023 dalam nuansa penuh kekeluargaan dan kekompakan yang dipusatkan di Masjid Babul Khaer, Desa Bulumpare.
“Setiap Bulan Muharam, kami masak ketupat dan sawa’ (salah satu makanan khas suku Bugis yang terbuat dari beras ketan dan santan, kemudian dibungkus dengan daun kelapa muda-red), ” tutur Mak Dawiah, salah seorang warga Desa Bulumpare.
Jumlah ketupat dan sawa’ yang dibuat, sesuai dengan jumlah anggota keluarga.
“Hitungannya, setiap anggota keluarga dibuatkan 3 buah ketupat dan 4 buah sawa’,” katanya.
Bilangan tujuh dipercaya sebagai angka keberuntungan yang diniatkan pada awal tahun.
Sawa’ dan Ketupat ditambah lauk berupa salonde (lauk dari kacang kedelai yang dimasak dengan santan ditambah udang-red), dibawa ke Masjid.
Saat azan Isya berkumandang, satu persatu jamaah muslimah masuk ke masjid sambil menjunjung sawa’ dan ketupat yang telah disusun dalam wadah khusus dibungkus kain sarung.
Usai salat Isya berjamaah yang ditutup dengan zikir bersama. Jamaah membuka kain sarung penutup penganannya.
Saat jamaah pria membaca barzanji, jamaah wanita membakar dupa pengharum ruangan yang dibawanya.
Asap dan bau harum semerbak pun menyengat indera penciuman.
Imam Desa, Muh Tang didampingi Pak Guru Tahang pun membaca doa khusus Tradisi Mattemmu Taung.
Begitu pembacaan doa berakhir, satu persatu jamaah wanita meletakkan 7 buah sawa’ dan ketupat serta sepiring kecil salonde di atas alas plastik yang telah disiapkan untuk dimakan bersama di masjid tersebut atau dibagikan kepada kerabat.
Kepala Desa Bulumpare, H Abdul Muin yang menjadi salah seorang jamaah, kepada enewsindonesia.com menjelaskan, tradisi unik tersebut telah berlangsung secara turun temurun.
“Tradisi Mattemmu Taung digelar warga setiap tahun pada Bulan Muharram. Selain menjadi bagian Peringatan Tahun Baru Islam, tradisi ini sekaligus menjaga kekompakan dan kebersamaan para warga, ” tuturnya.
Begitu acara selesai, para jamaah wanita pun kembali ke rumahnya masing-masing sambil membawa sisa pengananannya.
(Rosdiana Sulja)