ENEWS, BONE •• Dalam upaya menggugah kembali kesadaran generasi muda terhadap akar budaya dan kekayaan seni tradisi lokal, Sanggar Seni Budaya Banrigau Sultanul Fatimah (SSB BSF) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone akan menggelar SEBAYA FEST 2025, sebuah festival seni dan budaya bagi pelajar tingkat SMA/SMK/MA se-Kabupaten Bone.
Festival yang dijadwalkan berlangsung pada 20–25 Juli 2025 ini bukan sekadar kompetisi antar pelajar, tetapi menjadi ruang penting untuk menyuarakan kembali keberadaan kesenian daerah yang selama ini terpinggirkan, bahkan sebagian nyaris punah.
Di antaranya seperti seni tari Mappadendang, A’raga, syair lisan Elong, hingga tradisi pementasan Sining yang pernah hidup subur dalam perkampungan adat Bone masa lampau.
“SEBAYA FEST 2025 menjadi momentum penting untuk membangkitkan kembali memori kolektif masyarakat Bone, khususnya kalangan muda, agar mengenali dan mencintai warisan budayanya sendiri. Ini bukan sekadar panggung lomba, melainkan arena pembelajaran kebudayaan,” ungkap Ketua Panitia Pelaksana dari SSB BSF IAIN Bone, Kamis (19/6/2025).
Kegiatan ini terbuka bagi siswa aktif yang mewakili masing-masing sekolah, dengan ketentuan setiap sekolah dapat mengirimkan maksimal satu tim di tiap kategori lomba.
Terdapat lima kategori yang dipertandingkan, yaitu Tari Kreasi, Drama Teater, Film Pendek, Puisi, dan Melukis. Biaya registrasi bervariasi mulai dari Rp100.000 hingga Rp150.000, dengan hadiah berupa trofi, piagam penghargaan, dan uang pembinaan untuk para pemenang.
Pendaftaran peserta telah dibuka sejak 12 Juni hingga 1 Juli 2025, dengan batas kuota maksimal 15 sekolah. Sesi technical meeting akan digelar pada 4 Juli 2025 sebagai sarana koordinasi teknis dan penyamaan persepsi antarpeserta.
SEBAYA FEST 2025 juga menjadi bagian dari strategi kebudayaan daerah yang bersinergi dengan visi pelestarian warisan tak benda Kabupaten Bone.
Dalam sejarah panjangnya, Bone dikenal sebagai salah satu pusat peradaban di Sulawesi Selatan yang kaya akan seni tutur, tradisi lisan, dan karya sastra klasik Bugis.
Namun, modernisasi yang cepat turut memudarkan praktik kebudayaan ini dari ruang publik dan institusi pendidikan.
“Melalui festival ini, kami berharap siswa bukan hanya tampil di panggung, tetapi juga memahami konteks kebudayaan di balik ekspresi seni yang mereka bawakan,” lanjut panitia.
Informasi lengkap mengenai pendaftaran dan petunjuk teknis dapat diakses melalui tautan https://bit.ly/sebayafest2025 atau melalui QR Code pada poster resmi.
Untuk publikasi dan dokumentasi kegiatan, panitia juga telah membuka kanal resmi melalui media sosial Instagram, Facebook, TikTok, dan YouTube dengan akun @ukmssbbsfiainbone.
Dengan semangat “Seni adalah Identitas”, SEBAYA FEST 2025 diharapkan menjadi panggung penyambung antara generasi muda Bone dengan akar tradisi yang telah lama menjadi ruh kebudayaan Bugis.
Lebih dari sekadar festival, SEBAYA FEST 2025 menjadi simbol perlawanan terhadap lupa, dan ajakan untuk kembali merawat ingatan budaya yang menghidupi identitas kolektif masyarakat Bone.
Melalui festival ini, generasi muda diharapkan tidak hanya tampil sebagai penikmat atau pelaku seni, tetapi juga sebagai penjaga dan penerus nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap gerak, syair, dan simbol budaya lokal.
Di tengah arus globalisasi yang deras, SEBAYA FEST 2025 menjadi benteng kultural yang menjaga agar warisan leluhur tidak tercerabut dari akarnya.
Kegiatan ini sekaligus menjadi wujud nyata dari upaya regenerasi pelaku seni dan pelestari budaya, membangun ruang interaksi antar-sekolah yang produktif, dan mendorong kolaborasi antara institusi pendidikan dan lembaga kebudayaan.
Harapannya, kesenian tradisional tidak hanya dikenang, tetapi juga terus tumbuh dan beradaptasi dalam jiwa kreatif anak-anak muda Bone.
SEBAYA FEST 2025 bukan hanya milik mereka yang tampil di atas panggung, tetapi juga milik semua yang peduli pada masa depan kebudayaan kita.
Karena pada akhirnya, mempertahankan budaya bukan semata tugas para seniman, melainkan panggilan bersama sebagai anak bangsa yang tak ingin kehilangan jati dirinya.
Antusiasme yang mulai terlihat sejak pembukaan pendaftaran menjadi sinyal positif bahwa ruang-ruang apresiasi seni seperti SEBAYA FEST 2025 memang sangat dibutuhkan oleh generasi muda.
Dalam dunia pendidikan yang kerap menitikberatkan pada capaian akademik, kegiatan ini hadir sebagai penyeimbang yang memberi ruang bagi ekspresi estetika, kreativitas, dan penguatan karakter kultural siswa.
Selain menjadi ajang kompetisi, SEBAYA FEST 2025 juga dirancang sebagai ruang pembelajaran lintas nilai—mengajarkan kolaborasi, sportivitas, riset kebudayaan, dan sensitivitas terhadap konteks sosial budaya lokal.
Panitia juga mendorong peserta untuk menggali materi dari sumber-sumber otentik seperti wawancara dengan tokoh adat, eksplorasi arsip lokal, hingga kunjungan lapangan, agar karya-karya yang ditampilkan tak hanya indah, tetapi juga bermakna.
Kehadiran SEBAYA FEST 2025 menjadi bukti bahwa seni dan budaya bukanlah sesuatu yang kuno atau usang, melainkan terus hidup dan relevan sepanjang diberi ruang untuk berkembang.
Ketika generasi muda diberi kepercayaan dan wadah untuk berkreasi berbasis tradisi, maka proses pelestarian budaya tidak lagi bersifat top-down, tetapi tumbuh secara organik dari kesadaran akar rumput.
Pada akhirnya, SEBAYA FEST 2025 adalah perayaan tentang siapa kita, dari mana kita berasal, dan ke mana budaya kita akan dibawa. Ini adalah panggung untuk mengenal kembali diri sendiri lewat seni, dan menegaskan bahwa di balik setiap gerak tari, bait puisi, lukisan, atau adegan teater, terdapat jejak panjang peradaban yang patut dijaga bersama.
Citizen report: Thahirtalas
Pemerhati Seni dan Budaya Indonesia Unismuh Makassar
Cp. 081342499456
Ig. @femoralsyndicate