Oleh: Yuni Damayanti Nainggolan (Prodi Kimia_Universitas Palangka Raya_Kota Palangka Raya)
Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat pencemar ke udara oleh aktivitas manusia atau alam yang menyebabkan berubahnya tatanan udara sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Pencemaran udara menyebabkan timbulnya dampak negatif terhadap kehidupan makhluk hidup. Berdasarkan studi literatur digambarkan bahwa secara global sektor transportasi mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran udara, 44% TSP (Total Suspensed Particulate), 89% hidrokarbon, 100% PB (timbal), dan 73% NO2 (Nitrogen Dioksida).
Konsentrasi zat pencemar yang berlebihan hingga melebihi ambang batas toleransi yang diperbolehkan dapat berbahaya terhadap lingkungan, baik bagi manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan berpengaruh terhadap kualitas air hujan (hujan asam), yang berakibat rusaknya ekosistem flora (tumbuhan) dan fauna (hewan).
Partikulat debu berukuran 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron dapat mempengaruhi kesehatan manusia, baik secara langsung(mendadak) ataupun secara bertahap dengan gejala-gejala yang ringan. Gejala tersebut dapat berupa iritasi saluran pernafasan, iritasi mata dan alergi kulit hingga dapat menimbulkan tumbuhnya kanker paru-paru.
Polutan dapat masuk kedalam tubuh manusia melaui tiga cara, yaitu melalui inhalasi, ingestasi dan penetrasi kulit. Inhalasi merupakan masuknya zat berbahaya ke tubuh manusia melalui saluran pernapasan, polutan ini dapat menyebabkan masalah pada paru-paru dan juga dapat menimbulkan efek pada organ tubuh lainnya.
Pengaruh pencemaran udara terhadap tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : jenis bahan pencemar, toksisitas dan ukuran partikel.
Bahan pencemar seperti ozon dapat mengiritasi saluran pernafasan, menyebabkan peningkatan penyakit asma dan bronkitis. Bahan pencemar berupa debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis atau kelainan akibat terjadinya penumpukan debu dalam paru-paru, bahan biologis seperti jamur dan virus dapat mengakibatkan infeksi dan alergi.
Bahan pencemar lain seperti NO2 (Nitrogen Dioksida) dan SO2 (Sulfur Dioksida) juga dapat mengakibatkan efek negatif terhadap kesehatan manusia.
Seperti yang kita ketahui, tumbuhan merupakan penghasil oksigen. Melalui fotosintesis, tanaman menyerap karbon dioksida dari udara dan kemudian melepaskan oksigen yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk bernafas. Namun ternyata polusi udara dapat menyebabkan kerusakan bagi tumbuhan.
Ciri – ciri yang dapat kita lihat langsung seperti daunnya yang menguning dan rontok, akarnya yang tidak mampu berfotosintesis dengan baik sehingga mengakibatkan tumbuhan menjadi kerdil dan tumbuhan tidak tumbuh secara optimal.
Semakin tinggi tingkat konsentrasi polutan maka semakin buruk kondisi tanaman tersebut. Dampak pencemaran udara pada tanaman dapat berdampak secara langsung dan tidak langsung. Dampak langsung ketika zat kimia seperti ozon dan nitrogen oksida diendapkan langsung dari udara akan mempengaruhi metabolisme daun dan juga penyerapan karbon.
Ketika hal tersebut terganggu, maka akibatnya tanaman akan kesulitan mendapatkan energi untuk tumbuh. Dampak tidak langsung beberapa polutan seperti merkuri, timbal, kadmium, dari aktivitas industri jatuh ke tanah lalu mengubah komposisi kimia dan Ph tanah. Akibatnya tanaman akan kesulitan mendapatkan energi untuk hidup.
Tanaman yang rusak akibat polusi udara mengalami perubahan warna daun seperti klorosis (menguning), bronzing (menjadi ungu atau perunggu), reddening (kemerahan karena peningkatan pigmen antosianin), atau mottling (muncul bintik atau bercak tidak beraturan dengan corak atau warna yang berbeda).
Dampak negatif polutan terhadap hewan juga dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Dampak langsung terjadi melalaui sistem pernafasan, seperti pada manusia. Sementara itu dampak tidak langsung terjadi melalui perantara, baik tumbuhan maupun air yang menjadi sumber bahan pangan bagi hewan.
Selain berdampak terhadap kesehatan manusia, flora dan fauna, pencemaran udara juga dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Hujan asam disebabkan oleh belerang yang merupakan zat pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk SO2 (Sulfur Dioksida) dan NO2 (Nitrogen Dioksida.
Dampak hujan asam terhadap lingkungan sangat penting dan perlu mendapat perhatian serius karena hujan asam berdampak negatif terhadap lingkungan. Asam dari hujan mengakibatkan lingkungan kekurangan mineral dan magnesium sehingga kemampuan fotosintesis pada tumbuhan akan berkurang, tidak hanya kekurangan mineral dan magnesium, hujan asam dapat meningkatkan kadar karbon dioksida dalam air membuat hewan didalamnya tidak dapat bernapas dan kemudian mati mengambang.
Hujan asam juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan bangunan, kerusakan benda–benda yang terbuat dari logam dan menyebabkan gangguan pernapasan seperti asma.