Khalid bin walid merupakan ahli taktik dan komandan pasukan islam pada waktu menaklukan persia romawi yang saat itu pemimpinnya Umar Bin Khattab, ia dikenal dengan kejeniusannya saat memimpin perang, kehebatan Khalid bin Walid pun diakui dalam sejarah perang islam membuktikan dirinya satu-satunya panglima militer terbaik yang pernah dimiliki pasukan Islam.
Namun siapa sangkah, saat Perang Uhud yang dipimpinya sedang berlangsung tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul Mukminin, Umar bin Khatab yang mengantarkan sebuah pesan singkat,
“Dengan ini saya nyatakan jendral khalid bin walid dipecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!”
Mendengar kabar tersebut tentu saja membuat Khalid bin Walid gusar hingga tak bisa tidur, memikirkan terus alasan pemecatanya, namun sebagai prajurit yang baik dan taat, akhirnya Khalid bin Walid bersiap menghadap Khalifah Umar bin Khattab sebelum akhirnya menyerahkan komando perang kepada penggantinya.
Sesampai di hadapan Khalifa Umar, Khalid bin Walid mempertanyakan ihwal pemecatannya, hingga mengkonfirmasi apa kesalahan yang diperbuatnya.
Dengan tenang Umar bin Khatab menjawab, “Khalid, kamu tidak punya kesalahan pada zaman ini, kamu adalah panglima perang terbaiku. Khalid, ketahuilah kamu jendral terhebat, ratusan peperangan telah kau pimpin dan tak peran satu pun kalah, setiap kali masyarakat dan prajurit selalu memujimu”.
“Tapi ingatlah Khalid, kau adalah manusia biasa, banyak orang yang menyanjungmu bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu, sedangkan Allah sangat membenci orang-orang yang memiliki sombong. Seberat debu rasa sombong di hatimu Khalid maka neraka jahanam menantimu. Maka maafkanlah aku wahai sudaraku aku menjagamu dan terpaksa saat ini engkau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di hadapan Umar pun kau tak bisa berbuat apa-apa”.
Mendengar jawaban itu, Jendral Khalid tertegun, tubuhnya bergetar dan goyah dan segenap kekuatan yang ada. Khalid mendekat dan sambil menangis, Khalid membisik, “Terimakasih ya, Khalifa, engkau sadaraku”.
Setelah dipecat, ia balik lagi ke medan perang, tapi kali ini tidak sebagai panglima perang. Khalid bertempur sebagai prajurit biasa. Beberap orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil peperangan padahal sudah dipecat.
Beberapa orang mantan prajurit bertanya, “Yah, jendral, mengapa engaku masih mau berperang?”
Dengan tenang khali menjawab,
“Saya berperang bukan karena jabatan, atau demi popularitas. Bukan juga karena Khalifa Umar. Saya berperang semata-semata mencari keridahan Allah SWT”.
Terima kasih, semoga termotivasi
bagi anak-anak muda, jangan pernah merasa sombong atas apa yang telah dicapai, dan jangan pernah berharap sesuatu dalam hatimu saat melakukan hal-hal terbaik.
Wassalam
Oleh: Julkifli Samania