Gelombang Protes PMII Bone Akan Terus Berlanjut hingga Pemerintah Bertindak

Momen gelaran Aksi Jilid III yang kembali digelar pada Kamis 13 November 2025 di ddepan Kantor Bupati Bone. (ENews)

ENEWS, BONE •• Alih-alih mereda, gelombang aksi yang digelorakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Bone justru menunjukkan konsistensi yang semakin kuat. Melalui Aksi Jilid III yang kembali digelar pada Kamis 13 November 2025, organisasi mahasiswa tersebut menegaskan bahwa rangkaian protes mereka adalah bentuk komitmen jangka panjang dalam mengawal berbagai persoalan daerah yang dianggap tidak kunjung dituntaskan pemerintah.

Aksi yang berlangsung di sejumlah titik strategis itu diikuti ratusan kader dari berbagai komisariat, dengan pengawalan ketat aparat keamanan untuk menjaga stabilitas selama demonstrasi.



Kendati demikian, suasana tetap kondusif dan dipenuhi rangkaian orasi yang mencerminkan akumulasi kekecewaan mahasiswa terhadap lambannya respons pemerintah daerah.

Ketua Cabang PMII Bone, Zulkifli, dalam kesempatan terpisah menegaskan bahwa hadirnya Aksi Jilid III bukan sekadar rutinitas turun ke jalan, melainkan manifestasi dari kegelisahan masyarakat kecil yang disuarakan melalui gerakan moral mahasiswa.

“Jika hari ini kami kembali turun, itu karena realitas di lapangan tidak menunjukkan perubahan berarti. Petani, nelayan, dan masyarakat kecil terus menjadi pihak yang dipinggirkan oleh kebijakan yang tidak berpihak. PMII hanya menjalankan tanggung jawab moralnya,” ujar Zulkifli.

Ia merinci sejumlah isu yang kembali dibawa, mulai dari dugaan penyimpangan distribusi alat dan mesin pertanian (Alsintan), kenaikan harga BBM yang makin memberatkan, maraknya tambang ilegal yang merusak lingkungan, hingga pembiaran terhadap aktivitas THM (Tempat Hiburan Malam) yang dinilai mencederai norma sosial masyarakat.

Zulkifli menyebut, Aksi Jilid III merupakan kesinambungan dari dua gelombang aksi sebelumnya yang telah memantik perhatian publik serta tekanan moral kepada pemerintah daerah.

Menurutnya, tuntutan mahasiswa tidak bersifat mengada-ada, melainkan berdasar pada kebutuhan masyarakat yang mendesak.

“Kami tidak menuntut sesuatu yang berlebihan. Kami hanya meminta pemerintah terbuka, adil, dan hadir di tengah persoalan rakyat. Kalau sampai hari ini suara kami masih diabaikan, maka jangan salahkan jika pergerakan ini akan terus berlanjut melewati Jilid III,” tegasnya.

Sementara itu, Jenderal Lapangan aksi, Angga, menyampaikan bahwa demonstrasi hari ini merupakan puncak kekecewaan atas berbagai janji pemerintah yang tidak kunjung direalisasikan.

Menurutnya, gerakan PMII berbasis pada data, bukan tuduhan tanpa dasar.

“Yang kami sampaikan bukan propaganda. Pamflet-pamflet aduan itu lahir dari kajian dan laporan langsung masyarakat kepada kami. Setiap poin tuntutan disertai fakta yang kami temukan di lapangan,” lantang Angga menggunakan megaphone.

Ia menambahkan bahwa PMII Bone telah mengantongi sejumlah bukti terkait kekacauan penyaluran Alsintan, kelangkaan dan mahalnya BBM, stagnasi penertiban tambang ilegal, hingga derasnya keluhan warga terkait keberadaan THM yang dinilai dibiarkan begitu saja oleh aparat terkait.

“Selama tuntutan belum dijawab dengan tindakan nyata, selama itu pula PMII tidak akan berhenti bergerak. Ini soal keberpihakan pada rakyat, bukan kepentingan kelompok,” tambahnya.

Aksi kemudian ditutup dengan orasi solidaritas dari masing-masing komisariat serta penegasan komitmen bahwa PMII Bone akan terus berada di garis depan memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil.

Para peserta aksi juga menyerukan agar pemerintah daerah dan institusi penegak hukum segera menunjukkan langkah konkret demi meredam keresahan publik yang terus mengemuka. (Redaksi)









 

Tinggalkan Balasan